Tepat di Hari Bumi, 22 April 2015, Avengers: Age of Ultron tayang perdana di Indonesia. Kita mesti bangga. Karena di kawasan Amerika Utara film yang berdurasi 2 jam 30 menit ini akan ditayangkan mulai tanggal 1 Mei mendatang. Indonesia memang sudah dianggap sebagai pemasok penghasilan terbesar bagi beberapa perusahaan film, termasuk Walt Disney (Marvel Comics merupakan perusahaan di bawah bendera Disney). Oleh karena itulah Indonesia mendapat jatah pertama untuk menayangkannya. Antara Hari Bumi dan Age of Ultron ternyata memiliki benang merah. Yaitu Ultron yang berniat menghancurkan Bumi mesti berhadapan langsung dengan tim Avengers yang mencoba menyelamatkan dan melindungi Bumi. Kelahi!
Age of Ultron adalah sebuah konklusi dari Marvel Cinematic Universe (MCU) fase 2. MCU fase 2 dimulai sejak Iron Man 3, Thor: The Dark World dan bermuara ke Captain America: The Winter Soldier. Age of Ultron sudah barang tentu mengambil timeline setelah Captain America: The Winter Soldier. Masih ingat dengan kisahnya? Lupa? Tak apa sih. Dan MCU fase 3 akan dimulai tahun depan melalui film Captain America: Civil War, yang gosipnya akan menengahkan pertikaian antara Captain America dan Iron Man (seperti komiknya).
Agak berbeda dengan The Avengers yang dirilis tahun 2012 lalu itu, Age of Ultron mengambil pendekatan yang agak serius. Joke-joke yang segar memang masih tetap dipertahankan oleh Joss Whedon (sang sutradara). Hanya saja kadarnya dikurangi. Selain itu juga nuansa film terlihat lebih gelap dan suram. Tapi bagi saya bukan menjadi persoalan yang berarti. Alur cerita mengalir lancar apa adanya tanpa memiliki twist-twist yang dapat menyerengitkan dahi.
Adegan aksi cukup memanjakan penonton meskipun, yah tidak ada inovasi baru. Didukung oleh berhamburnya CGI dan spesial efek yang dapat memberikan rasa kagum pada penonton. Terutama saat adegan baku hantam yang serba hancuran-hancuran antara Iron Man vs Hulk. Menjadikan adegan tersebut sebagai adegan favorit saya di film ini.
Selain aksi, sisi emosional juga tampak jelas. Mulai dari complicated-nya kisah asmara Bruce Banner/Hulk dan Natasha Romanova/Black Widow sampai dengan keinginan Clint Baron/Hawk Eye untuk lebih fokus hidup bersama keluarganya. Romansa seperti ini menjadi penyeimbang yang pas di filmnya.
Akan hadir beberapa karakter baru yang tampaknya perannya cukup penting di film-film Avengers berikutnya. Karena melalui karakter baru ini akan muncul bibit-bibit cerita yang dapat dikembangkan ke depannya. Terlebih lagi di ending filmnya nanti kita bisa melihat anggota Avengers terbaru dengan komposisi yang fresh. Tidak sabar rasanya untuk menonton kelanjutan dari kisah Avengers ini.
AVENGERS ASSEMBLE!!!
8/10.
Tambahan:
- Post-credit scene tidak ada. Namun untuk mid-credit scene-nya tetap ada. Dan menurut saya tidak terlalu penting. Biasa saja.
- Banyak cameo di sini. Salah satunya Stan Lee.
Wednesday, April 22, 2015
Saturday, April 18, 2015
FILOSOFI KOPI
Yang membuat saya tertarik untuk menonton film ini adalah karena nama dari seorang sutradaranya, yaitu Angga Dwimas Sasongko. Bila mengikuti perkembangan film Indonesia, nama tersebut tentunya sudah tidak asing lagi di telinga. Ya, benar. Dialah yang terpilih sebagai Sutradara Terbaik tahun 2014 kemarin melalui film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku dalam ajang Festival Film Indonesia 2014. Dan kali ini Angga kembali hadir dengan film terbarunya, yang diadaptasi dari sebuah buku buah karya Dewi "Dee" Lestari berupa cerita pendek yang dirilis tahun 2006 silam, judulnya Filosofi Kopi. Hanya sedikit karya-karya Dee yang berakhir bagus bila difilmkan. Lantas apakah Filosofi Kopi akan bernasib kurang baik? Buang jauh-jauh pertanyaan seperti itu. Sebab Filosofi Kopi melalui racikan tangan Angga menjadi sebuah film yang luar biasa memukaunya. Outstanding! Di luar ekspektasi! Bahkan lebih!
Jarang sekali kita melihat sebuah film yang memakai kopi sebagai panji-panji atau jargonnya. Membuat film Filosofi Kopi ini menjadi suatu tontonan yang unik dan beda. Angga piawai sekali memaksimalkan tema tentang kopi ini. Saya yakin sekali demi film ini ia melakukan riset yang mendalam yang berhubungan dengan kopi. Sehingga film ini seakan-akan memberikan kuliah umum atau ilmu pengetahuan apa saja tentang kopi. Baik itu jenis kopi, rasa kopi, proses pembuatan kopi dari yang sederhana hingga mendetail dengan jelas sekali diuraikan di sini. Salut!
Secara umum Filosofi Kopi adalah sebuah film bergenre drama yang memakan durasi kurang lebih 2 jam. Selama sejam lebih pertama penonton dimanjakan dengan suguhan adegan-adegan yang penuh keriangan, fun dan lucu. Kelucuan yang ada bahkan mengundang gelak tawa renyah penonton tanpa henti. Namun jika jeli, sembari menawarkan kelucuan, sang sutradara mulai membangun konflik tahap demi tahap dan sedikit demi sedikit. Dan pada nantinya mengarah menjadi sebuah drama cukup serius yang menyajikan pertentangan pada karakter-karakter utama di film ini. Durasi dua jam yang tergolong lama untuk ukuran film Indonesia sama sekali tidak terasa berjalan begitu cepat saking intensnya alur film. Tidak memberikan celah sedikit pun kepada penonton untuk merasa jenuh.
Berbicara soal akting pemain, siapa yang berani meragukan kualitas Chicco Jericho dan Rio Dewanto? Kedua orang ini mampu menampilkan chemistry yang luar biasa kuatnya hanya dengan dialog-dialog yang ringan, asyik, serampangan bahkan kurang ajar. Tentu saja unsur "bromance" makin menambah kekuatan utama filmnya. Percayalah, kalian pasti jatuh cinta dengan kedua orang ini.
Film ini didukung oleh soundtrack maupun tembang-tembang yang sangat manis dan serasi dengan momen-momen yang ada di dalam film. Selain enak didengar, juga menggugah sisi emosional. Layak masuk playlist.
Secara keseluruhan, Filosofi Kopi adalah sebuah film apik yang berkelas. Sangat direkomendasikan! Siapapun boleh menontonnya, terlebih lagi kalian yang memang pecinta dan penikmat kopi sejati (it's a must!). Film ini juga mengajarkan kepada kita pentingnya arti sebuah persahabatan dan optimisme akan masa depan tanpa melihat masa lalu yang gelap. Move on!
9/10.
Salah satu film Indonesia terbaik!
Tambahan:
Begitu film selesai, jangan buru-buru meninggalkan studio. Ada dua buah sisipan adegan tambahan. Yaitu di pertengahan dan penghujung (setelah credit selesai).
Jarang sekali kita melihat sebuah film yang memakai kopi sebagai panji-panji atau jargonnya. Membuat film Filosofi Kopi ini menjadi suatu tontonan yang unik dan beda. Angga piawai sekali memaksimalkan tema tentang kopi ini. Saya yakin sekali demi film ini ia melakukan riset yang mendalam yang berhubungan dengan kopi. Sehingga film ini seakan-akan memberikan kuliah umum atau ilmu pengetahuan apa saja tentang kopi. Baik itu jenis kopi, rasa kopi, proses pembuatan kopi dari yang sederhana hingga mendetail dengan jelas sekali diuraikan di sini. Salut!
Secara umum Filosofi Kopi adalah sebuah film bergenre drama yang memakan durasi kurang lebih 2 jam. Selama sejam lebih pertama penonton dimanjakan dengan suguhan adegan-adegan yang penuh keriangan, fun dan lucu. Kelucuan yang ada bahkan mengundang gelak tawa renyah penonton tanpa henti. Namun jika jeli, sembari menawarkan kelucuan, sang sutradara mulai membangun konflik tahap demi tahap dan sedikit demi sedikit. Dan pada nantinya mengarah menjadi sebuah drama cukup serius yang menyajikan pertentangan pada karakter-karakter utama di film ini. Durasi dua jam yang tergolong lama untuk ukuran film Indonesia sama sekali tidak terasa berjalan begitu cepat saking intensnya alur film. Tidak memberikan celah sedikit pun kepada penonton untuk merasa jenuh.
Berbicara soal akting pemain, siapa yang berani meragukan kualitas Chicco Jericho dan Rio Dewanto? Kedua orang ini mampu menampilkan chemistry yang luar biasa kuatnya hanya dengan dialog-dialog yang ringan, asyik, serampangan bahkan kurang ajar. Tentu saja unsur "bromance" makin menambah kekuatan utama filmnya. Percayalah, kalian pasti jatuh cinta dengan kedua orang ini.
Film ini didukung oleh soundtrack maupun tembang-tembang yang sangat manis dan serasi dengan momen-momen yang ada di dalam film. Selain enak didengar, juga menggugah sisi emosional. Layak masuk playlist.
Secara keseluruhan, Filosofi Kopi adalah sebuah film apik yang berkelas. Sangat direkomendasikan! Siapapun boleh menontonnya, terlebih lagi kalian yang memang pecinta dan penikmat kopi sejati (it's a must!). Film ini juga mengajarkan kepada kita pentingnya arti sebuah persahabatan dan optimisme akan masa depan tanpa melihat masa lalu yang gelap. Move on!
9/10.
Salah satu film Indonesia terbaik!
Tambahan:
Begitu film selesai, jangan buru-buru meninggalkan studio. Ada dua buah sisipan adegan tambahan. Yaitu di pertengahan dan penghujung (setelah credit selesai).
Monday, April 06, 2015
JOHN PAUL IVAN - I AM
Pada tanggal 28 Maret 2015 kemarin, John Paul Ivan (kerap disingkat menjadi JPI), salah satu gitaris ternama di tanah air, hadir di kota Palangka Raya dalam rangka memenuhi undangan dari komunitas metal PMC (Palangka Raya Metal Corner) untuk perform dalam sebuah event bertajuk "METAL vs ROCK". Kebetulan saya tergabung dalam komunitas tersebut dan menjadi panitianya. Kesempatan ini tidak saya lewatkan begitu saja. Saya berpikir bahwa JPI, eks gitaris band rock Boomerang ini, pasti akan membawakan CD album instrumental terbarunya yang berjudul I Am itu. Dan ternyata benar. Tidak perlu bersusah payah, setelah bertemu dengan JPI, akhirnya saya berhasil memiliki CD albumnya. Dan yang lebih membuat saya bahagia serta bangga, JPI membubuhkan tanda tangannya pada cover CD tersebut. Album I Am sendiri saya kurang tahu kapan dirilis secara umum. Namun yang pasti JPI telah mengadakan soft lauching album ini (kalau tidak salah) di awal bulan Maret kemarin.
Secara keseluruhan, album I Am berisikan 10 buah lagu instrumental (minus vokal). Track pembuka album berjudul Timeless (00:44). Hanya sebentar kemudian dilanjutkan dengan Warzone (03:53). Sebuah lagu yang cukup agresif. Setelah itu ada lagu yang judulnya Six Sense (04:21), sebuah lagu di mana JPI mengundang seorang gitaris asal Singapura yang saat ini tinggal di Abu Dhabi, Qatar bernama Monizag untuk ikut tampil dalam lagu ini. Tak ayal, terkesan duel antar dua gitaris handal. Lagunya cukup kencang dengan tempo yang relatif cepat. JPI dan Monizag menyatu dalam permainan melodi yang ciamik dan dinamis. Saat saya tanya pada JPI apa maksud dari Six Sense, beliau berkata bahwa Six Sense itu merupakan kiasan dari 6 buah senar gitar.
Selepas Six Sense, disusul kemudian dengan salah satu track favorit saya dalam album ini, yaitu A Time to Remember (04:44). Sebuah tembang yang sangat cantik dan indah sekali. Menampilkan riff-riff serta lengkingan melodi gitar yang cukup original bagi saya. Juga begitu dalam dan menyentuh. Sempurna! Dancing With You (04:38), menjadi berikutnya. Sesuai judulnya, lagunya memiliki groove yang asyik yang seakan-akan mengajak kita untuk ikut bergoyang maupun berdansa.
Berikutnya giliran lagu Jerusalem (03:33). Sebuah lagu yang kental dengan alunan musik-musik bernuansa Timur Tengah. Sedikit kelam dan ballad. Mungkin di sini JPI hendak menggambarkan seperti apa kota Jerusalem yang selama ini selalu saja menjadi konflik perseteruan dari beberapa agama. Really love this song too. Oh iya, di sini JPI mengundang Farid Martin (Boomerang) untuk mengisi permainan drum. Sama seperti Dancing With You, lagu Jerusalem sebelumnya sempat diluncurkan JPI melalui akun Reverbnation-nya pada tahun 2008 lalu. Selanjutnya, ada State of Play (04:07). Lagunya sangat kental sekali dengan sentuhan Joe Satriani. Wajar sih, sebab Joe Satriani merupakan salah satu referensi JPI di dalam permainan gitarnya.
Love is on the Way (03:28), another beautiful song from JPI! Dengan nuansa romansa dan sedikit sentimentil, siapapun pasti akan menyukai lagu yang sangat touching ini. So much love in this song. Next is Neiska Erotika (05:01). Satu-satunya lagu JPI yang memiliki durasi terpanjang dari semua lagu yang ada dalam album ini. Neiska Erotika sendiri adalah lagu pertama yang diciptakan oleh JPI. Dan akhirnya Angel and Devil (03:54) menjadi penutup album yang pas. Sedikit berat, namun tetap ditunjang dengan permainan melodi yang manis dari JPI.
I Am adalah salah satu pembuktian dari John Paul Ivan bahwa dirinya masih bisa menelurkan karya selepas meninggalkan band Boomerang pada tahun 2005 silam. Juga sebagai pembuktian serta pengukuhan posisinya sebagai seorang musisi tanah air, khususnya sebagai gitaris. Overall, I Am yang secara total berdurasi 38 menit ini sangat saya rekomendasikan sekali. Jangan sampai terlewatkan untuk menyimak karya yang satu ini.
Way to go, JPI!!!
Secara keseluruhan, album I Am berisikan 10 buah lagu instrumental (minus vokal). Track pembuka album berjudul Timeless (00:44). Hanya sebentar kemudian dilanjutkan dengan Warzone (03:53). Sebuah lagu yang cukup agresif. Setelah itu ada lagu yang judulnya Six Sense (04:21), sebuah lagu di mana JPI mengundang seorang gitaris asal Singapura yang saat ini tinggal di Abu Dhabi, Qatar bernama Monizag untuk ikut tampil dalam lagu ini. Tak ayal, terkesan duel antar dua gitaris handal. Lagunya cukup kencang dengan tempo yang relatif cepat. JPI dan Monizag menyatu dalam permainan melodi yang ciamik dan dinamis. Saat saya tanya pada JPI apa maksud dari Six Sense, beliau berkata bahwa Six Sense itu merupakan kiasan dari 6 buah senar gitar.
Selepas Six Sense, disusul kemudian dengan salah satu track favorit saya dalam album ini, yaitu A Time to Remember (04:44). Sebuah tembang yang sangat cantik dan indah sekali. Menampilkan riff-riff serta lengkingan melodi gitar yang cukup original bagi saya. Juga begitu dalam dan menyentuh. Sempurna! Dancing With You (04:38), menjadi berikutnya. Sesuai judulnya, lagunya memiliki groove yang asyik yang seakan-akan mengajak kita untuk ikut bergoyang maupun berdansa.
Berikutnya giliran lagu Jerusalem (03:33). Sebuah lagu yang kental dengan alunan musik-musik bernuansa Timur Tengah. Sedikit kelam dan ballad. Mungkin di sini JPI hendak menggambarkan seperti apa kota Jerusalem yang selama ini selalu saja menjadi konflik perseteruan dari beberapa agama. Really love this song too. Oh iya, di sini JPI mengundang Farid Martin (Boomerang) untuk mengisi permainan drum. Sama seperti Dancing With You, lagu Jerusalem sebelumnya sempat diluncurkan JPI melalui akun Reverbnation-nya pada tahun 2008 lalu. Selanjutnya, ada State of Play (04:07). Lagunya sangat kental sekali dengan sentuhan Joe Satriani. Wajar sih, sebab Joe Satriani merupakan salah satu referensi JPI di dalam permainan gitarnya.
Love is on the Way (03:28), another beautiful song from JPI! Dengan nuansa romansa dan sedikit sentimentil, siapapun pasti akan menyukai lagu yang sangat touching ini. So much love in this song. Next is Neiska Erotika (05:01). Satu-satunya lagu JPI yang memiliki durasi terpanjang dari semua lagu yang ada dalam album ini. Neiska Erotika sendiri adalah lagu pertama yang diciptakan oleh JPI. Dan akhirnya Angel and Devil (03:54) menjadi penutup album yang pas. Sedikit berat, namun tetap ditunjang dengan permainan melodi yang manis dari JPI.
I Am adalah salah satu pembuktian dari John Paul Ivan bahwa dirinya masih bisa menelurkan karya selepas meninggalkan band Boomerang pada tahun 2005 silam. Juga sebagai pembuktian serta pengukuhan posisinya sebagai seorang musisi tanah air, khususnya sebagai gitaris. Overall, I Am yang secara total berdurasi 38 menit ini sangat saya rekomendasikan sekali. Jangan sampai terlewatkan untuk menyimak karya yang satu ini.
Way to go, JPI!!!
Friday, April 03, 2015
FURIOUS 7
Saat mengetahui bahwa sutradara Furious 7 (F7) adalah James Wan, ada sedikit pertanyaan dalam benak saya. Apakah sanggup menangani film ini? Sebab kita ketahui bersama bahwa James Wan adalah seorang sineas yang spesialisasinya ada pada film horor (beberapa karyanya yaitu Insidious, The Conjuring, dll). F7 ini merupakan debut beliau dalam menangani film action yang di dalamnya bertaburan bintang Hollywood. Namun setelah menyaksikan filmnya, akhirnya keraguan saya menjadi tidak berarti sama sekali. The movie was so awesome! Fantastic! Bravo, James Wan!
Di tangan James Wan F7 disulap menjadi sebuah film yang secara total menampilkan aksi yang habis-habisan dan hancur-hancuran. Menghadirkan ketegangan dan tensi yang tiada henti. Seru serta intens sekali. Penonton dipaksa untuk tidak berkedip dari layar sedikitpun. Juga mengajak penonton untuk menghela nafas berdecak kagum. Berbagai aksi tidak hanya datang dari adegan kebut-kebutan yang menampilkan mobil-mobil keren, tapi juga melalui adegan laga baku hantam/pertarungan satu lawan satu antara pihak protagonis dan pihak antagonis. Guna mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang, sesekali James Wan menyisipkan adegan-adegan humor/lucu (terutama verbal) yang mampu membuat sebagian penonton tertawa renyah.
F7 menjadi benang merah yang sempurna antara The Fast & The Furious dengan The Furious: Tokyo Drift. Membuat timeline kisah ini yang semula berantakan akhirnya kembali menjadi rapi tanpa ada cela.
Bagian paling menarik dari film juga datang dari endingnya yang sangat emosional itu. Luar biasa indah. Saya sampai merinding dan terharu dibuatnya. Memang tak dapat dipungkiri bahwa F7 ini adalah mutlak sebuah film tribut dan penghormatan terakhir kepada mendiang Paul Walker yang meninggal pada bulan November 2013 lalu. F7 ini juga memberikan pesan kepada penonton bahwa keluarga adalah bagian terpenting di dalam kehidupan siapapun.
Akhir kata, di bawah arahan James Wan, Furious 7 menjadi film terbaik dari semua seri Fast & Furious yang pernah ada dengan menyajikan ketegangan yang meledak-ledak dan juga tentunya perpisahan kita pada Paul Walker.
So long, Paul....
8/10.
Tambahan:
- Soundtrack di film ini bagus-bagus semua. Layak masuk playlist.
- Adik Paul Walker, yaitu Cody dan Caleb, diminta bantuan untuk menjadi body double stuntnya. Secara kasarnya, Paul "diperankan" oleh adik-adiknya itu. Dan dengan teknologi komputer, bagian wajahnya tetap wajah Paul.
Di tangan James Wan F7 disulap menjadi sebuah film yang secara total menampilkan aksi yang habis-habisan dan hancur-hancuran. Menghadirkan ketegangan dan tensi yang tiada henti. Seru serta intens sekali. Penonton dipaksa untuk tidak berkedip dari layar sedikitpun. Juga mengajak penonton untuk menghela nafas berdecak kagum. Berbagai aksi tidak hanya datang dari adegan kebut-kebutan yang menampilkan mobil-mobil keren, tapi juga melalui adegan laga baku hantam/pertarungan satu lawan satu antara pihak protagonis dan pihak antagonis. Guna mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang, sesekali James Wan menyisipkan adegan-adegan humor/lucu (terutama verbal) yang mampu membuat sebagian penonton tertawa renyah.
F7 menjadi benang merah yang sempurna antara The Fast & The Furious dengan The Furious: Tokyo Drift. Membuat timeline kisah ini yang semula berantakan akhirnya kembali menjadi rapi tanpa ada cela.
Bagian paling menarik dari film juga datang dari endingnya yang sangat emosional itu. Luar biasa indah. Saya sampai merinding dan terharu dibuatnya. Memang tak dapat dipungkiri bahwa F7 ini adalah mutlak sebuah film tribut dan penghormatan terakhir kepada mendiang Paul Walker yang meninggal pada bulan November 2013 lalu. F7 ini juga memberikan pesan kepada penonton bahwa keluarga adalah bagian terpenting di dalam kehidupan siapapun.
Akhir kata, di bawah arahan James Wan, Furious 7 menjadi film terbaik dari semua seri Fast & Furious yang pernah ada dengan menyajikan ketegangan yang meledak-ledak dan juga tentunya perpisahan kita pada Paul Walker.
So long, Paul....
8/10.
Tambahan:
- Soundtrack di film ini bagus-bagus semua. Layak masuk playlist.
- Adik Paul Walker, yaitu Cody dan Caleb, diminta bantuan untuk menjadi body double stuntnya. Secara kasarnya, Paul "diperankan" oleh adik-adiknya itu. Dan dengan teknologi komputer, bagian wajahnya tetap wajah Paul.
Subscribe to:
Posts (Atom)