Bagi saya pribadi, Terminator Genisys filmnya bolehlah buat disimak. Kisahnya berhubungan erat dengan The Terminator (1984) dan Terminator 2: Judgement Day (1991). Sebelum menonton, ada baiknya diingat-ingat kembali kedua film tersebut. Untuk Terminator 3: Rise of the Machines dan Terminator Salvation, abaikan saja.
Pergerakan cerita cukup cepat tanpa basa-basi, namun harus fokus dan konsentrasi penuh. Apalagi juga banyak terdapat alur maju dan mundur. Lepas dari perhatian sedikit ya siap-siap aja mumet. Kalau saya lihat sih, Terminator Genisys ini mencoba untuk merapikan timeline franchise Terminator yang sudah cukup ribet. Layaknya film X-Men: Days of Future Past yang berhasil menyatukan semua seri X-Men itu. Niat untuk merapikan timeline-nya sudah bagus. Walau ada beberapa kebolongan pada plot-nya. Filmnya akan ada sedikit drama dan twist.
Untung saja cerita Genisys yang bisa membuat otak penonton lelah ini dapat diimbangi dengan adegan aksi yang cukup seru. Pertarungan klasik antar robot yang berat dan hancur-hancuran. Ditambah lagi dengan villain yang super cool. Selain itu juga, sedikit bumbu komedi mampu memberikan tawa renyah serta penyegaran pada penonton.
Terminator Genisys sendiri tayang sejak hari Rabu, 24 Juni 2015 kemarin. Dan Indonesia untuk kesekian kalinya menjadi negara pertama yang menayangkannya. Genisys sudah resmi dipastikan akan ada dua buah sekuelnya. Entah bakalan seperti apa lagi pengembangan ceritanya.
He'll be back!
6,5/10.
Tambahan: Ada ending tambahan pada mid-credit.
Thursday, June 25, 2015
Friday, June 19, 2015
MINIONS
Minions, sebuah spinoff sekaligus prekuel dari dwilogi Despicable Me, tayang sejak hari Rabu tanggal 17 Juni 2015 kemarin di bioskop-bioskop Indonesia. Dan Indonesia merupakan negara pertama yang menayangkan film ini. Selain itu pula, film ini dirilis bertepatan dengan libur awal puasa anak sekolah. Sudah bisa dibayangkan berapa pendapatan yang akan diperoleh oleh masing-masing studio. Strategi pemasaran yang bagus dari Cinema 21, Blitzmegaplex, dll.
Untuk filmnya, well, Minions bisa saya katakan tidak seseru dua buah Despicable Me sebelumnya, namun masih mampu memberikan beberapa gelak tawa renyah kepada penonton melalui tingkah pola mahluk kuning kecil yang lucu, konyol dan menggemaskan itu. Seperti sebelum-sebelumnya, filmnya juga masih setia dengan menghadirkan adegan slapstick ringan demi memberikan variasi dalam berkomedi.
Banyak cameo dari tokoh dunia yang hadir di sini. Mulai dari Napoleon Bonaparte sampai dengan The Beatles yang sedang berjalan di Abbey Road. Cameo-cameo ini yang memberikan keasyikan tersendiri bagi penonton (berlomba-lomba nyebutin satu persatu).
Dan cameo paling brilian tentu saja hadirnya Bahasa Indonesia yang bisa didengar pada film ini. Salut buat sang co-director Pierre Coffin (saya baru tahu kalau beliau ternyata anaknya NH Dini) yang memasukkan beberapa kata dalam Bahasa Indonesia di sini. Beliau tidak lupa dengan bahasa asal orang tuanya.
Overall, biarpun tidak sesuai ekspektasi, Minions merupakan sebuah film yang fun dan cukup menghibur. Khususnya anak-anak, mereka pasti akan menyukainya. Karena memang itu targetnya. Walau ceritanya begitu sederhana, beberapa kelucuan yang ditawarkan boleh lah untuk sekedar pelepas penat dan pereda ketegangan sebentar.
6,5/10.
Hello papagena! Tu le pera con la papaya....
Untuk filmnya, well, Minions bisa saya katakan tidak seseru dua buah Despicable Me sebelumnya, namun masih mampu memberikan beberapa gelak tawa renyah kepada penonton melalui tingkah pola mahluk kuning kecil yang lucu, konyol dan menggemaskan itu. Seperti sebelum-sebelumnya, filmnya juga masih setia dengan menghadirkan adegan slapstick ringan demi memberikan variasi dalam berkomedi.
Banyak cameo dari tokoh dunia yang hadir di sini. Mulai dari Napoleon Bonaparte sampai dengan The Beatles yang sedang berjalan di Abbey Road. Cameo-cameo ini yang memberikan keasyikan tersendiri bagi penonton (berlomba-lomba nyebutin satu persatu).
Dan cameo paling brilian tentu saja hadirnya Bahasa Indonesia yang bisa didengar pada film ini. Salut buat sang co-director Pierre Coffin (saya baru tahu kalau beliau ternyata anaknya NH Dini) yang memasukkan beberapa kata dalam Bahasa Indonesia di sini. Beliau tidak lupa dengan bahasa asal orang tuanya.
Overall, biarpun tidak sesuai ekspektasi, Minions merupakan sebuah film yang fun dan cukup menghibur. Khususnya anak-anak, mereka pasti akan menyukainya. Karena memang itu targetnya. Walau ceritanya begitu sederhana, beberapa kelucuan yang ditawarkan boleh lah untuk sekedar pelepas penat dan pereda ketegangan sebentar.
6,5/10.
Hello papagena! Tu le pera con la papaya....
Tuesday, June 16, 2015
SAHABAT ADALAH....
Klik gambar untuk memperbesar |
Nah, pada kesempatan kali ini saya mencoba untuk membuat kronologis bagaimana asal mula munculnya banner/spanduk dan ide aneh kami tersebut dalam rangka ngerjain atau sekedar ngisengin sahabat terbaik kami di hari pernikahannya.
Itu semua bermula pada 4 hari sebelum hari H. Bobby dan Sari menikah pada tanggal 15 Mei 2015 lalu. Bobby ini bisa dikatakan orang yang paling jago ngisengin kami, sahabat-sahabatnya. Tidak satupun sahabatnya yang pernah luput dari keisengannya. Nah, saat itulah kami memiliki ide untuk ngerjain Bobby di hari pernikahannya. Itung-itung momen pembalasan yang tepat sekali serta memberi kejutan/surprise yang bakal dikenang Bobby sampai akhir hayatnya. Misi ini kami rahasiakan rapat-rapat, jangan sampai bocor. Kami pun berkumpul di sebuah grup BBM untuk menyusun rencana. Di grup BBM itu ada saya sendiri, Indra, Ogi, Dode, Charly dan Andy. Kami saling melemparkan ide, seperti apa bentuk ngerjain yang pas buat Bobby. Akhirnya disetujui bahwa kami akan membuat banner/spanduk berisikan tulisan nyeleneh yang akan kami bentangkan saat resepsi penikahannya.
Dan sekarang, bagian yang lumayan menguras otak kami, akan diisi dengan kata-kata dan kalimat seperti apa banner/spanduk itu? Banyak dari kami yang memberikan usul isi kalimat. Namun banyak juga yang pada akhirnya kami batalkan karena bunyinya terlalu sadis dan kurang ajar. Hehe. Setelah nemu kalimat yang pas serta beberapa kali merevisinya, akhirnya kami sepakat untuk menggunakan kalimat "SETELAH SEKIAN LAMA TERSESAT, AKHIRNYA SAHABAT KAMI MENIKAH DENGAN SEORANG WANITA".
Untuk urusan banner/spanduk, diserahkan kepada saya. Dengan dukungan donatur Indra (berupa duit), pada keesokan harinya saya langsung mendatangi percetakan digital printing untuk memesan banner/spanduk. Begitu saya kasih isi kalimat banner/spanduk, kesan pertama dari orang percetakannya adalah justru tertawa ngakak. Dia pun mengatakan apakah ini serius. Saya balas iya. Kami hendak ngerjain sahabat kami. Jadi tolong desain yang simple aja, namun tulisannya tegas dan jelas terlihat. Tak perlu lama, desain banner/spanduk telah jadi dan segera dicetak. Saya pun disuruh untuk mengambilnya pada sore hari.
Selama 3 hari banner/spanduk tersebut nongkrong di kamar saya. Menunggu hari eksekusi. Dan akhirnya, pada tanggal 15 Mei, Bobby dan Sari melangsungkan pernikahan. Saya datang bersama Indra. Kawan-kawan yang lain sudah menunggu di gedung resepsi. Banner/spanduk kami simpan dulu di mobil. Jadi kami masuk ke dalam gedung dulu untuk mengikuti semua rangkaian acara resepsi. Begitu waktu telah menunjukkan hampir pukul 9 malam, tibalah waktunya utk mengeksekusi. Banner/spanduk diambil dari dalam mobil yang terparkir di luar. Yang mengambil adalah si Indra. Padahal di luar hari sedang hujan. Luar biasa pengorbanan beliau hanya untuk sebuah banner/spanduk. Banner/spanduk udah ready di tangan, kami para sahabat-sahabatnya naik ke atas panggung tempat sang pengantin duduk. Setelah berfoto-foto sewajarnya sebentar, banner langsung kami bentang dan kibarkan segagah-gagahnya. Saat itu Bobby terkejut dan hendak membaca isi tulisan pada spanduk/banner. Namun kami cegah dia untuk membacanya. Difoto dulu, baru setelah itu dia boleh membaca. Isi spanduk/banner yang nyeleneh itu tak ayal membuat pengunjung serta tamu yang ada di dalam gedung menjadi heboh dan mengundang gelak tawa. Dan misi kami untuk mengerjai sahabat kami bisa dikatakan SUKSES besar. Banner/spanduk tersebut kami serahkan kepada Bobby sebagai hadiah pernikahan. Saya yakin banner tersebut sudah menjadi abu di suatu tempat. Haha.
Foto-foto dari aksi kami tersebut kami upload ke Path dan juga Instagram. Awalnya adem ayem. Hanya sebatas teman yang tahu. Hingga akhirnya menjadi heboh seperti saat ini karena dishare juga oleh akun-akun meme/parodi yang memiliki jumlah follower yang luar biasa banyaknya. Wajah-wajah ganteng kami pun menjadi konsumsi massa. LOL.
Begitulah kronologis yang bisa saya sampaikan kali ini. Perlu diingat, aksi kami tersebut bukanlah aksi untuk menjelek-jelekkan sahabat kami Bobby. Ini murni sekedar keisengan kami yang bisa dikatakan sudah masuk dalam kategori akut. Ini adalah bukti bahwa kami mencintai dia.
Terima kasih sekali bila ada yang mengatakan aksi kami ini merupakan aksi yang brilian, kreatif dan gokil. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa begini inilah yang namanya sahabat sejati. Mungkin apa yang kami lakukan ini bisa kalian coba juga ke sahabat-sahabat kalian. Namun tentu saja kami tidak bertanggungjawab bila terjadi apa-apa.
Salam....
NB: Ada salah satu komen terbaik tentang foto kami. Lupa dari siapa namanya. Bunyinya demikian: "Sahabat yang baik adalah sahabat yang jelek-jelekin langsung di depan kita tapi tetap support. Bukan baik di depan namun di belakang justru menjatuhkan".
Monday, June 15, 2015
JURASSIC WORLD
Jurassic World, sebuah sekuel dari franchise besar yang cukup seru, menghibur & menegangkan serta memanjakan penonton dengan tampilan visual graphic yang apik (terlebih saat adegan Mosasaurus yang luar biasa epik itu). Alur cerita relatif ringan dengan mengambil timeline 22 tahun setelah kejadian Jurassic Park. Walau menawarkan kengerian dan ketakutan yang memaksa kita untuk menahan nafas, filmnya sendiri sesekali diselingi dengan petualangan yang riang, fun dan komedi verbal yang menggoda penonton untuk tertawa.
Di dalam film ini banyak dijumpai hal-hal sebagai bentuk penghormatan akan film sebelumnya, yakni Jurassic Park (besutan sutradara Steven Spielberg tentunya), yang rilis pada tahun 1993 silam. Lumayan untuk bernostalgia sejenak.
Oh iya, suka sekali dengan adegan klimaksnya yang epik itu. Ada pada sekitaran 25-30 menit menjelang film berakhir. Di situ hadir sebuah cameo yang sempat membuat saya merinding dan terperangah. Cameo super legendaris! Silakan dilihat sendiri.
7/10.
Di dalam film ini banyak dijumpai hal-hal sebagai bentuk penghormatan akan film sebelumnya, yakni Jurassic Park (besutan sutradara Steven Spielberg tentunya), yang rilis pada tahun 1993 silam. Lumayan untuk bernostalgia sejenak.
Oh iya, suka sekali dengan adegan klimaksnya yang epik itu. Ada pada sekitaran 25-30 menit menjelang film berakhir. Di situ hadir sebuah cameo yang sempat membuat saya merinding dan terperangah. Cameo super legendaris! Silakan dilihat sendiri.
7/10.
Wednesday, June 03, 2015
INSIDIOUS: CHAPTER 3
Insidious: Chapter 3 bukanlah sebuah sekuel dari Insidious: Chapter 2. Melainkan adalah prekuel dari Insidious (yang pertama). Di sini dikisahkan awal mula Elise Rainier, cenayang/paranormal berbakat yang sempat berhenti dengan profesinya itu, memutuskan untuk kembali beraksi serta menolong seorang gadis remaka yang diincar oleh sesosok entitas supernatural berbahaya. Melalui prekuel ini juga nantinya akan diketahui bagaimana awal mulanya pertemanan dan kerja sama antara Elise dengan 2 orang asisten selama melakukan misinya.
Berhubung ini prekuel, bagi kalian yang belum sempat menonton Insidious dan Insidious: Chapter 2, hal tersebut tidak menjadi masalah besar. Sebab ceritanya tidak memiliki sangkut paut yang terlalu signifikan. Namun resiko dari prekuel ini adalah hadirnya tokoh-tokoh baru, yang ternyata kurang maksimal diperankan oleh para pemain baru. Sayang sekali. Padahal pengembangan kisah sudah lumayan oke.
Lantas, bagaimana dengan film Insidious: Chapter 3 ini sendiri? Well, menurut saya pribadi, mengutip kata Mad Dog (karakter gokil pada film The Raid), filmnya kurang greget! Bila berbicara seram (spooky), Insidious: Chapter 3 masih kalah jauh dibandingkan kengerian Insidious (pertama) yang memang langsung ditangani oleh James Wan, sutradara spesialis film horor yang juga beken melalui karyanya, yakni The Conjuring. Atmosfir mencekam dan suram pada Insidious: Chapter 3 sebenarnya sudah dapat dengan didukung oleh background sound yang heboh. Hanya bagian "jump scare"-nya saja yang kurang mantap bahkan terkesan basi dan malas. Dan juga penampakan hantunya tidak seangker yang dibayangkan. Yang ada malah mirip seperti suster ngesot, kuntilanak bahkan zombie. Apa boleh buat, Insidious: Chapter 3 menjadi seri terlemah dari franchise-nya.
Yang menjadi poin plus dari film ini adalah filmnya lebih memiliki "hati" dan menawarkan sedikit komedi pengocok perut serta aksi. Tentunya dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi penonton. Namun akan menjadi kontra bagi penonton yang merupakan penggemar dan penikmat horor sejati, yang menginginkan kengerian dan ketakutan semata. Dan pada akhirnya, selera dari masing-masing individulah yang menentukan.
Akhir kata, Insidious: Chapter 3 tidak seseram dan semerinding yang diharapkan. Namun masih oke buat dijajal sambil jejeritan bareng teman sepuasnya.
6/10.
Tips sebelum menonton film ini: Turunkan ekspektasi anda!
Berhubung ini prekuel, bagi kalian yang belum sempat menonton Insidious dan Insidious: Chapter 2, hal tersebut tidak menjadi masalah besar. Sebab ceritanya tidak memiliki sangkut paut yang terlalu signifikan. Namun resiko dari prekuel ini adalah hadirnya tokoh-tokoh baru, yang ternyata kurang maksimal diperankan oleh para pemain baru. Sayang sekali. Padahal pengembangan kisah sudah lumayan oke.
Lantas, bagaimana dengan film Insidious: Chapter 3 ini sendiri? Well, menurut saya pribadi, mengutip kata Mad Dog (karakter gokil pada film The Raid), filmnya kurang greget! Bila berbicara seram (spooky), Insidious: Chapter 3 masih kalah jauh dibandingkan kengerian Insidious (pertama) yang memang langsung ditangani oleh James Wan, sutradara spesialis film horor yang juga beken melalui karyanya, yakni The Conjuring. Atmosfir mencekam dan suram pada Insidious: Chapter 3 sebenarnya sudah dapat dengan didukung oleh background sound yang heboh. Hanya bagian "jump scare"-nya saja yang kurang mantap bahkan terkesan basi dan malas. Dan juga penampakan hantunya tidak seangker yang dibayangkan. Yang ada malah mirip seperti suster ngesot, kuntilanak bahkan zombie. Apa boleh buat, Insidious: Chapter 3 menjadi seri terlemah dari franchise-nya.
Yang menjadi poin plus dari film ini adalah filmnya lebih memiliki "hati" dan menawarkan sedikit komedi pengocok perut serta aksi. Tentunya dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi penonton. Namun akan menjadi kontra bagi penonton yang merupakan penggemar dan penikmat horor sejati, yang menginginkan kengerian dan ketakutan semata. Dan pada akhirnya, selera dari masing-masing individulah yang menentukan.
Akhir kata, Insidious: Chapter 3 tidak seseram dan semerinding yang diharapkan. Namun masih oke buat dijajal sambil jejeritan bareng teman sepuasnya.
6/10.
Tips sebelum menonton film ini: Turunkan ekspektasi anda!
Tuesday, June 02, 2015
SAN ANDREAS
San Andreas is another disaster movie. And for me San Andreas was an okay movie. Tema yang diusung kali ini adalah gempa bumi. Secara alur, filmnya mengalir begitu saja dan bisa dikatakan ringan, tanpa adanya plot cerita yang berat. Penonton tak perlu ribet dan capek berpikir. Karena memang yang dijual dari San Andreas ini adalah nilai disaster/bencana-nya itu.
Jika berbicara tentang film yang bertemakan bencana, sudah barang tentu hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah bagaimana visualisasi dari bencana itu sendiri. Dan menurut saya San Andreas cukup baik dalam mempresentasikannya. Dampak kehancuran dari gempa bumi tergambarkan dengan luar biasa. Mulai dari tanah yang terbelah karena pergerakan lempengan Bumi sampai dengan gedung-gedung pencakar langit yang roboh. Adegan demi adegan kehancuran yang terjadi di San Fransisco disuguhkan secara intens dan lumayan menggenjot adrenalin penonton.
Teori-teori ilmiah serta aspek yang ada dalam film cukup akurat. Setidaknya mampu memberikan make sense yang benar bagi penonton. Bukan sekedar hal-hal yang dicap mustahil atau di luar nalar.
Selain itu, hal yang saya sukai dari film San Andreas ini adalah disisipkannya edukasi (pembelajaran) kepada penonton tentang apa yang harus dilakukan selama gempa bumi terjadi. Contohnya bila terjadi gempa bumi ada baiknya berlindung di bawah meja, tetap berada di samping bangunan yg kokoh, evakuasi ke dataran yang lebih tinggi, dan masih banyak lagi. Dan yang paling utama adalah apa yang akan terjadi bila sesaat setelah gempa bumi tiba-tiba air di sungai/laut menjadi surut. Nah, itulah disaster dan kengerian berikutnya yang coba ditawarkan film ini.
Akhir kata, San Andreas yang dibintangi oleh eks pemain gulat Dwayne "The Rock" Johnson dan berdurasi total 2 jam-an ini merupakan sebuah tontonan yang menarik, relatif menegangkan dan layak untuk disimak.
7/10.
Jika berbicara tentang film yang bertemakan bencana, sudah barang tentu hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah bagaimana visualisasi dari bencana itu sendiri. Dan menurut saya San Andreas cukup baik dalam mempresentasikannya. Dampak kehancuran dari gempa bumi tergambarkan dengan luar biasa. Mulai dari tanah yang terbelah karena pergerakan lempengan Bumi sampai dengan gedung-gedung pencakar langit yang roboh. Adegan demi adegan kehancuran yang terjadi di San Fransisco disuguhkan secara intens dan lumayan menggenjot adrenalin penonton.
Teori-teori ilmiah serta aspek yang ada dalam film cukup akurat. Setidaknya mampu memberikan make sense yang benar bagi penonton. Bukan sekedar hal-hal yang dicap mustahil atau di luar nalar.
Selain itu, hal yang saya sukai dari film San Andreas ini adalah disisipkannya edukasi (pembelajaran) kepada penonton tentang apa yang harus dilakukan selama gempa bumi terjadi. Contohnya bila terjadi gempa bumi ada baiknya berlindung di bawah meja, tetap berada di samping bangunan yg kokoh, evakuasi ke dataran yang lebih tinggi, dan masih banyak lagi. Dan yang paling utama adalah apa yang akan terjadi bila sesaat setelah gempa bumi tiba-tiba air di sungai/laut menjadi surut. Nah, itulah disaster dan kengerian berikutnya yang coba ditawarkan film ini.
Akhir kata, San Andreas yang dibintangi oleh eks pemain gulat Dwayne "The Rock" Johnson dan berdurasi total 2 jam-an ini merupakan sebuah tontonan yang menarik, relatif menegangkan dan layak untuk disimak.
7/10.
Subscribe to:
Posts (Atom)