The Hunger Games: Mockingjay Part 2 rilis serentak di Indonesia mulai hari Jumat, 20 November 2015 kemarin. Menjadi rangkaian penutup kisah film The Hunger Games yang telah dimulai sejak tahun 2012 lalu. Merupakan adaptasi dari novel terlaris yang mengambil tema/genre dystopia (post apocalypse). Apakah film Mockingjay Part 2 berhasil menjadi penutup yang baik?
Saya memiliki keyakinan bahwa film bagus itu memiliki formula yang simple seperti ini: Dimulai dari pembentukan latar belakang, kemudian dilanjutkan dengan tensi yang membangun sebuah cerita. Setelah memperkenalkan permasalahan, barulah dilampiaskan dengan bagian klimaks (titik puncak ketegangan). Jangan lupa selingi dengan humor dan aspek emosional di dalamnya. Bahkan lebih bagus lagi bila diselipi dengan pesan-pesan kemanusiaan, kehidupan serta filosofi membangun.
Kita tahu bahwa Mockingjay untuk filmnya dibelah menjadi dua bagian. Part 1 dan Part 2. Biasalah, masalah bisnis demi mengeruk banyak duit. Part 1 yang tayang tahun kemarin sudah menampilkan pembangunan cerita yang cukup kuat dan enak disimak. Nah, karena itulah orang-orang cenderung berekspektasi bahwa Part 2-nya nanti bakal hadir gila-gilaan dan hancur-hancuran dengan aksi yang banyak dan spektakuler. Memang begitu sih seharusnya. Tapi ternyata apa, saudara-saudara? Biasa saja. Relatif datar dan miskin aksi.
Mockingjay Part 2 sepertinya begitu kesulitan untuk mengembangkan kisahnya seperti apa lagi. Untung saja sudah tertolong karena konsep yang bagus. Ekspektasi saya langsung kendur saat 60 menit pertama Mockingjay Part 2 masih saja repot dan bertele-tele dengan alurnya. Entah berapa kali saya menguap. Untunglah di pertengahan film kengantukan saya bisa disentak dengan beberapa adegan yang cukup intens dan seru. Salah satunya tengok saja aksi dikejar-kejar mahluk mutasi di terowongan air bawah tanah yang super menegangkan itu. Sayangnya, selepas itu tensi kembali turun walaupun menjelang bagian akhir nanti terdapat peningkatan karena adanya plot twist yang sebenarnya gampang ditebak.
Secara keseluruhan, Mockingjay Part 2 tetap oke lah buat ditonton walaupun sebenarnya saya masih berharap lebih. Saya pikir harusnya Mockingjay ini tak perlu dibuat Part 1 dan Part 2. Cukup jadikan satu film saja. Pasti oke deh. Masa seri film The Hunger Games yang memakan waktu selama 4 tahun dan total durasi waktu 9 jam harus ditutup dengan yang terlalu biasa dan kurang greget?
6/10.
Real or not real? Propaganda!
NB: Jennifer Lawrence cantik banget!
Saturday, November 21, 2015
Saturday, November 07, 2015
SPECTRE
Jujur, Spectre cukup mengecewakan. Jauh dari pakem James Bond itu sendiri, yaitu yang kental dengan aksi spionase (pemata-mataan) nan seru serta menegangkan. Kali ini Spectre tak jauh bedanya ibarat sebuah FTV yang ditampilkan dengan genre action. Tak lebih! Bisa dibilang ini merupakan film James Bond terlemah di eranya Daniel Craig. Mana itu seorang James Bond berdarah dingin yang lagaknya brutal dan sadis ala Casino Royale? Mana juga itu gadget-gadget canggih yang dikenakan Bond yang dapat membuat penonton berdecak kagum? Nyaris tidak ada sama sekali. Spectre, dengan modal dana yang luar biasa besarnya (triliunan rupiah) hanya mampu menampilkan mobil keren dan jam tangan canggih murahan saja. Medioker!
Begitu adegan pembuka sepanjang 15 menit di Meksiko yang lumayan bisa membuat saya menahan nafas itu, saya merasa optimis bahwa filmnya bakal berjalan bagus. Namun apa daya, justru berputar 180 derajat. Yang ada adalah semakin panjang dan lama film berjalan, semakin datar pula alur filmnya. Nyaris tak ada elemen kejutan. Naskah filmnya sepertinya yang bermasalah di sini. Narasinya sudah bagus padahal. Konflik ceritanya juga, di mana Bond nantinya akan menemukan hubungan (masa lalu) yang menakutkan antara dirinya sendiri dan musuh yang ia cari.
Spectre, film ke-24 James Bond, sangat disayangkan sekali kenapa bisa berakhir seperti ini. Film sekelas dan seeksklusif James Bond harus dieksekusi dengan cara yang pasaran. Sebenarnya ini sudah bisa dikenali melalui "gejala-gejala"-nya. Tengok aja mulai dari poster yang mengecewakan. Sampai dengan Daniel Craig yang kesannya setengah-setengah dalam mempromosikan film ini. Bila sudah begini, saya yakin sekali Daniel Craig tidak akan dikontrak lagi untuk film ke-25 James Bond.
Jadi, bila kalian telah memasang ekspektasi tinggi terhadap film ini, segera turunkan. Agar tak berbuah kekecewaan. Sekadar saran.
5/10.
Begitu adegan pembuka sepanjang 15 menit di Meksiko yang lumayan bisa membuat saya menahan nafas itu, saya merasa optimis bahwa filmnya bakal berjalan bagus. Namun apa daya, justru berputar 180 derajat. Yang ada adalah semakin panjang dan lama film berjalan, semakin datar pula alur filmnya. Nyaris tak ada elemen kejutan. Naskah filmnya sepertinya yang bermasalah di sini. Narasinya sudah bagus padahal. Konflik ceritanya juga, di mana Bond nantinya akan menemukan hubungan (masa lalu) yang menakutkan antara dirinya sendiri dan musuh yang ia cari.
Spectre, film ke-24 James Bond, sangat disayangkan sekali kenapa bisa berakhir seperti ini. Film sekelas dan seeksklusif James Bond harus dieksekusi dengan cara yang pasaran. Sebenarnya ini sudah bisa dikenali melalui "gejala-gejala"-nya. Tengok aja mulai dari poster yang mengecewakan. Sampai dengan Daniel Craig yang kesannya setengah-setengah dalam mempromosikan film ini. Bila sudah begini, saya yakin sekali Daniel Craig tidak akan dikontrak lagi untuk film ke-25 James Bond.
Jadi, bila kalian telah memasang ekspektasi tinggi terhadap film ini, segera turunkan. Agar tak berbuah kekecewaan. Sekadar saran.
5/10.
Wednesday, November 04, 2015
Berkunjung ke Titik Panas Tumbang Nusa
Siang tadi di salah satu titik panas wilayah Tumbang Nusa, selain menyalurkan 700 buah masker N95 dan multivitamin serta obat-obatan, saya juga berkesempatan untuk menyaksikan secara langsung bagaimana luar biasanya perjuangan para relawan "Jumpun Pambelom" dan "Sekolah Relawan" yang bahu membahu membuat sumur bor guna menyiram tanah gambut yang terbakar dan mengeluarkan asap. Salut dan hormat saya juga buat prajurit TNI yang bekerja tanpa kenal lelah.
Sempat ngobrol dengan salah satu relawan di situ. Namanya Intan. Asal Bogor. Ia mengatakan api sudah mulai naik lagi. Karena di Tumbang Nusa sendiri baru hujan sebanyak 3 kali saja. Kalau lengah dan tidak diperhatikan, maka kabut asap dapat kembali menyerang. Mesti waspada.
Saya mengerti dan merasakan sekali betapa beratnya pekerjaan mereka. Walaupun begitu, mereka selalu siap untuk melaksanakannya tanpa pamrih. Saya hanya bisa berdoa kiranya Tuhan senantiasa menyertai dan melindungi mereka. Amin.
Sempat ngobrol dengan salah satu relawan di situ. Namanya Intan. Asal Bogor. Ia mengatakan api sudah mulai naik lagi. Karena di Tumbang Nusa sendiri baru hujan sebanyak 3 kali saja. Kalau lengah dan tidak diperhatikan, maka kabut asap dapat kembali menyerang. Mesti waspada.
Saya mengerti dan merasakan sekali betapa beratnya pekerjaan mereka. Walaupun begitu, mereka selalu siap untuk melaksanakannya tanpa pamrih. Saya hanya bisa berdoa kiranya Tuhan senantiasa menyertai dan melindungi mereka. Amin.
Subscribe to:
Posts (Atom)