Warcraft: The Beginning, sebuah film yang diadaptasi dari game PC (Personal Computer) di mana game ini booming mulai era '90-an. Saya adalah salah satu penggemar beratnya walau hanya main sampai Warcraft III saja. Untuk DotA (Defence of the Ancients) saya terlalu ogah untuk mengikutinya. Tak bisa dipungkiri bahwa Warcraft merupakan salah satu game yang sanggup mengajak kita begadang bermalam-malam memainkannya saking candunya. Film yang berdurasi 2 jam ini sebenarnya dijadwalkan rilis bulan Desember 2015 kemarin. Namun diundur penayangannya karena di bulan itu ada film besar Star Wars Epispde VII: The Force Awakens.
Anyway, filmnya sendiri menurut saya biasa-biasa saja. Ceritanya relatif datar. Begitu juga dengan bagian actionnya. Namun ada beberapa adegan pertarungan yg bagus kok. Untuk bagian CGI dan special effect-nya harus diakui memang top notch sekali! Digambarkan sangat dan secara mendetail, terutama Orc-nya. Sudah bisa ditebak dari judulnya, film ini mengangkat kisah awal cerita Warcraft. Yakni asal muasal pertentangan dan konflik antara manusia dan Orc. Oh iya, untuk ras Elf belum terlalu terlibat di film ini walaupun terdapat beberapa kali penampakan karakter Elf.
Secara keseluruhan, Warcraft: The Beginning oke dijadikan sebagai tontonan penghibur. Dan berharap semoga ada sekuelnya. Tentunya dengan tambahan beberapa ras. Itu juga kalo pendapatan/penghasilan film ini sukses sih.
6,5/10
Thursday, May 26, 2016
Thursday, May 19, 2016
X-MEN: APOCALYPSE
X-Men: Apocalypse, tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai hari Rabu, tanggal 18 Mei 2016 kemarin. Saya masih heran kenapa film ini promosinya tidak gencar seperti Batman v Superman: Dawn of Justice maupun Captain America: Civil War ya? Lupakan saja. Well, filmnya mengambil timeline era awal tahun 1980-an setelah kejadian dalam film X-Men: Days of Future Past. Sudah bisa dikatakan bahwa X-Men: Apocalypse adalah dunia X-Men yang telah direset ulang. Agar lebih mudah menyimak film ini, juga tentunya supaya tak menimbulkan tanda tanya dalam pikiran bahkan kebingungan, ada baiknya sebelum menonton X-Men: Apocalypse mesti menyaksikan terlebih dahulu X-Men: First Class dan X-Men: Days of Future Past. Tentunya juga juga harus khatam X-Men (2000) dan X2 (2003) silam sebagai tambahan referensi.
Walaupun tidak menawarkan sesuatu yang baru dan sedikit memiliki kelemahan pada plotnya serta penyelesaian konflik yang terlalu enteng, secara keseluruhan bagi saya film X-Men: Apocalypse terasa seru dan asyik. Banyak menampilkan dialog, tapi masih oke dan dalam batas kewajaran. Adegan aksi beberapa diantaranya cukup memukau (terutama adegan Quicksilver dan Jean Grey) dan bisa dikatakan menjadi pertempuran yang paling hancur-hancuran, berdarah-darah serta sedikit sadis dibandingkan film-film X-Men sebelumnya. Untuk masalah para pemain, entah kenapa karakter-karakter utama di film ini gagal menampakkan kharismanya melalui peran yang dilakonkan. C'mon, man! Siapa sih yang tak memuja-muja karakter besar pada tim X-Men seperti Jean Grey, Cyclops, dll tapi kok terkesan recehan seperti itu. Untunglah beberapa karakter baru serta pengenalannya kepada penonton bisa mengobati itu.
Walaupun tidak terlalu kentara, sisi drama yang cukup menggugah emosi bisa dijumpai di film ini. Juga, seperti biasanya, pergolakan dari cara berpikir dan pandangan dari masing-masing karakter utama yang memiliki peran penting di film ini, yakni Profesor X dan Magneto, tersampaikan dengan jelas kepada penonton. Bagaimana Charles Xavier memiliki maksud dan niatan agar kaum mutant dapat menjalin hidup bersama dengan manusia, serta Erik Lehnsherr yang sudah mencoba hidup senormalnya namun justru manusialah yang menjadi biang masalah hingga akhirnya memutuskan perjalinan itu. Yang menjadi villain utama di film ini sudah barang tentu Apocalypse. Yang dikatakan merupakan seorang mutant pertama yang ada di Bumi. Apocalypse yang memiliki nama asli En Sabah Nur ini memiliki tujuan ingin menjadi tuhan yang bisa mengatur dan memiliki segalanya. Untuk tujuan itu dia memerlukan seorang Charles Xavier.
Berhubung settingnya awal tahun 80-an, jangan heran bila di filmnya banyak terdapat popular-culture yang sesuai dengan tahun tersebut. Seperti mesin permainan Pac-Man, Star Wars: Return of the Jedi, bahkan termasuk lagunya METALLICA yang berjudul The Four Horsemen!
Anyway, poin plus yang mungkin menyenangkan hati fanboy dari X-Men: Apocalypse ini adalah filmnya banyak menampilkan referensi dari komiknya. Mulai dari Weapon X, hubungan rahasia antara Magneto dan Quicksilver bahkan sampai dengan X-Force. Jangan lupa untuk tetap waspada karena banyak cameo-cameo yang hadir di film ini. Tebak di adegan mana Blob hadir?!
Akhir kata, X-Men: Apocalypse adalah sebuah tontonan yang cukup menghibur. Sebuah penutup yang pas bagi trilogi X-Men baru, walaupun masih kalah bila dibandingkan dengan First Class dan Days of Future Past. Namun yang pasti X-Men: Apocalypse bisa menjawab puzzle (teka-teki) yang kosong. Saya optimis kalau film X-Men selanjutnya mampu berjalan lebih bagus dan lebih lega tanpa ada beban dari film-film X-Men terdahulu sebelumnya (X-Men, X2 dan X-Men: The Last Stand).
7/10.
Tambahan:
Jangan pulang dulu. Sebab ada adegan tambahan. Cuma satu. Adegan tambahan tersebut ada pada ujung film setelah credit benar-benar selesai. Isinya? Pengenalan karakter baru yang mungkin akan hadir pada film X-Men berikutnya.
Walaupun tidak menawarkan sesuatu yang baru dan sedikit memiliki kelemahan pada plotnya serta penyelesaian konflik yang terlalu enteng, secara keseluruhan bagi saya film X-Men: Apocalypse terasa seru dan asyik. Banyak menampilkan dialog, tapi masih oke dan dalam batas kewajaran. Adegan aksi beberapa diantaranya cukup memukau (terutama adegan Quicksilver dan Jean Grey) dan bisa dikatakan menjadi pertempuran yang paling hancur-hancuran, berdarah-darah serta sedikit sadis dibandingkan film-film X-Men sebelumnya. Untuk masalah para pemain, entah kenapa karakter-karakter utama di film ini gagal menampakkan kharismanya melalui peran yang dilakonkan. C'mon, man! Siapa sih yang tak memuja-muja karakter besar pada tim X-Men seperti Jean Grey, Cyclops, dll tapi kok terkesan recehan seperti itu. Untunglah beberapa karakter baru serta pengenalannya kepada penonton bisa mengobati itu.
Walaupun tidak terlalu kentara, sisi drama yang cukup menggugah emosi bisa dijumpai di film ini. Juga, seperti biasanya, pergolakan dari cara berpikir dan pandangan dari masing-masing karakter utama yang memiliki peran penting di film ini, yakni Profesor X dan Magneto, tersampaikan dengan jelas kepada penonton. Bagaimana Charles Xavier memiliki maksud dan niatan agar kaum mutant dapat menjalin hidup bersama dengan manusia, serta Erik Lehnsherr yang sudah mencoba hidup senormalnya namun justru manusialah yang menjadi biang masalah hingga akhirnya memutuskan perjalinan itu. Yang menjadi villain utama di film ini sudah barang tentu Apocalypse. Yang dikatakan merupakan seorang mutant pertama yang ada di Bumi. Apocalypse yang memiliki nama asli En Sabah Nur ini memiliki tujuan ingin menjadi tuhan yang bisa mengatur dan memiliki segalanya. Untuk tujuan itu dia memerlukan seorang Charles Xavier.
Berhubung settingnya awal tahun 80-an, jangan heran bila di filmnya banyak terdapat popular-culture yang sesuai dengan tahun tersebut. Seperti mesin permainan Pac-Man, Star Wars: Return of the Jedi, bahkan termasuk lagunya METALLICA yang berjudul The Four Horsemen!
Anyway, poin plus yang mungkin menyenangkan hati fanboy dari X-Men: Apocalypse ini adalah filmnya banyak menampilkan referensi dari komiknya. Mulai dari Weapon X, hubungan rahasia antara Magneto dan Quicksilver bahkan sampai dengan X-Force. Jangan lupa untuk tetap waspada karena banyak cameo-cameo yang hadir di film ini. Tebak di adegan mana Blob hadir?!
Akhir kata, X-Men: Apocalypse adalah sebuah tontonan yang cukup menghibur. Sebuah penutup yang pas bagi trilogi X-Men baru, walaupun masih kalah bila dibandingkan dengan First Class dan Days of Future Past. Namun yang pasti X-Men: Apocalypse bisa menjawab puzzle (teka-teki) yang kosong. Saya optimis kalau film X-Men selanjutnya mampu berjalan lebih bagus dan lebih lega tanpa ada beban dari film-film X-Men terdahulu sebelumnya (X-Men, X2 dan X-Men: The Last Stand).
7/10.
Tambahan:
Jangan pulang dulu. Sebab ada adegan tambahan. Cuma satu. Adegan tambahan tersebut ada pada ujung film setelah credit benar-benar selesai. Isinya? Pengenalan karakter baru yang mungkin akan hadir pada film X-Men berikutnya.
Monday, May 09, 2016
Sensus Ekonomi 2016
Tepat seminggu sudah saya bertugas sebagai Petugas Cacah Lapangan (biasa disingkat PCL) untuk Sensus Ekonomi 2016 yang digelar mulai tanggal 1 hingga 31 Mei 2016 mendatang. Daerah yang menjadi tempat tugas saya berada di Kelurahan Pahandut Seberang. Acap kali oleh orang-orang sana sendiri disebut sebagai daerah orang pinggiran. Dari pengalaman saya mencacah lapangan selama seminggu ini, salah satu hal yang bisa saya sampaikan adalah bersyukurlah atas setiap apa yang telah kalian punyai dan miliki. Sebab di luar sana masih banyak orang-orang yang serba kekurangan dan tak seberuntung kita.
Dalam setiap aktivitas sensus yang saya lakukan kepada warga, saya selalu menyempatkan diri untuk mendengar dan berbicara kepada mereka. Asyik rasanya mendengarkan cerita orang-orang kecil dan pinggiran ini. Kadang dari mereka saya bisa mendapatkan motivasi & semangat hidup untuk pantang menyerah. Tentunya ini bisa menjadi bekal bagi kehidupan saya sendiri.
Ah, tak sabar rasanya untuk bergegas kembali ke lapangan dan menjumpai orang-orang yang hidupnya senantiasa setia pada perjuangan, yakni perjuangan demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Buat rekan-rekan PCL se-tanah air, yuk tetap semangat! Karena kita adalah garda terdepan dalam menentukan perekonomian di Indonesia ini.
Dalam setiap aktivitas sensus yang saya lakukan kepada warga, saya selalu menyempatkan diri untuk mendengar dan berbicara kepada mereka. Asyik rasanya mendengarkan cerita orang-orang kecil dan pinggiran ini. Kadang dari mereka saya bisa mendapatkan motivasi & semangat hidup untuk pantang menyerah. Tentunya ini bisa menjadi bekal bagi kehidupan saya sendiri.
Ah, tak sabar rasanya untuk bergegas kembali ke lapangan dan menjumpai orang-orang yang hidupnya senantiasa setia pada perjuangan, yakni perjuangan demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Buat rekan-rekan PCL se-tanah air, yuk tetap semangat! Karena kita adalah garda terdepan dalam menentukan perekonomian di Indonesia ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)