Berkaca dari Batman v Superman: Dawn of Justice yang dianggap terlalu serius dan berat serta mendapat banyak cemooh dari kritikus, sang sutradara Zack Snyder mulai menunjukkan perubahannya melalui Justice League ini. Justice League ibarat penebusan dosa. Kali ini Zack Snyder mendengar saran dari orang-orang bagaimana seharusnya film superhero yang baik dan benar itu. Fans berat dari superhero DC Comics mungkin akan sedikit mengomel karena film ini terkesan mainstream, bahkan mirip Marvel Cinematic Universe. Walaupun masih ada beberapa kekurangan dan hal yang belum memuaskan, tak ayal Justice League sukses menjadi sebuah tontonan yang menyenangkan.
Memakan total waktu 120 menit, Justice League menawarkan alur yang lurus-lurus saja, gampang dicerna dan jauh dari intrik-intrik berat. Sejak awal Justice League langsung menyajikan segudang aksi-aksi yang seru serta menegangkan. Tak ada lagi namanya itu dialog-dialog panjang nan menjemukan.
Secara lini masa, Justice League mengambil setting setelah kejadian dalam Batman v Superman: Dawn of Justice. Dunia masih berduka atas kematian Superman. Di tengah-tengah kedukaan itu, muncul ancaman bagi umat manusia. Untuk menghadapi ancaman tersebut, Batman dan Wonder Woman berusaha untuk mengumpulkan para metahuman lainnya, seperti Aquaman, The Flash dan Cyborg. Embrio lahirnya Justice League. Berhasilkah mereka mengatasi ancaman tersebut?
Walaupun durasi tidak panjang, latar belakang dari masing-masing metahuman berhasil dijabarkan secara jelas. Aquaman yang enggan kembali ke kerajaan Atlantisnya, The Flash yang digambarkan seorang bocah yang masih perlu belajar banyak dan juga Cyborg yang galau akan “kebangkitan” dirinya. Tak perlu detail karena toh nantinya mereka akan dibuatkan film solonya.
Yang membuat film ini terasa lebih enjoy adalah candaan-candaan renyah dalam wujud verbal yang terselip di dalamnya. Beberapa candaan bahkan dapat memancing gelak tawa penonton tanpa harus mengganggu keepikan aksi tarungnya.
Satu kekurangan yang fatal menurut saya di sini adalah kembalinya Superman tidak digambarkan secara wah, megah maupun emosional. Kesannya biasa saja. Sangat disayangkan, karena kita tahu sendiri bahwa sosok ini merupakan arti sesungguhnya dari "harapan".
7,5/10
Terdapat dua buah credit scene, yaitu pada mid-credit dan post-credit. Silakan ditonton. Terutama yang post-credit, karena menampilkan clue menarik akan kelanjutan film ini.
Thursday, November 16, 2017
Monday, November 13, 2017
SIKSAKUBUR Mengguncang Palangka Raya!
Aksi dari SIKSAKUBUR (death metal band from Jakarta) dalam event bertajuk DISTORSI MAXIMUM XI yang diselenggarakan oleh PALANGKA RAYA METAL CORNER kemarin malam (Sabtu, 11 November 2017) di Halaman Gedung KONI Provinsi, Palangka Raya, benar-benar luar biasa garangnya!
Memang betul kata orang. SIKSAKUBUR adalah salah satu band ekstrim metal yang tak perlu diragukan lagi nama serta kualitasnya. Dengan mengusung genre brutal death metal, SIKSAKUBUR menggempur metalhead Palangka Raya habis-habisan dengan sembilan buah lagu yang super brutal bak angin badai menderu-deru tiada henti. Komposisi dan struktur lagunya cukup kompleks serta terkesan rumit namun terkonsep dengan matang juga rapi. Sehingga walau kedengarannya kusut, lagu-lagunya sebenarnya memiliki alur.
Kurang lebih sejam SIKSAKUBUR menghadirkan tembang-tembang andalannya, dibuka mulai dari Anak Lelaki dan Srigala, Industri Monster Distorsi, Selera Neraka, Burung Bangkai, Merah Hitam Hijau, Surga Temaram, Pasukan Jiwa Terbelakang, Renounce Me hingga ditutup dengan Memoar Sang Pengobar.
Semoga dengan hadirnya SIKSAKUBUR makin menambah gairah metalhead Kota Palangka Raya untuk tetap eksis dan berkarya melalui arus bawah tanah (underground) yang akhir-akhir ini sepertinya mulai memudar. Layar pergerakan kita boleh kecil, tapi kita harus konsisten. Kita tunjukkan bahwa scene metal di Kota Palangka Raya itu selalu ada!
METAL NYAMAH MAHUTUS. HAIL!
Memang betul kata orang. SIKSAKUBUR adalah salah satu band ekstrim metal yang tak perlu diragukan lagi nama serta kualitasnya. Dengan mengusung genre brutal death metal, SIKSAKUBUR menggempur metalhead Palangka Raya habis-habisan dengan sembilan buah lagu yang super brutal bak angin badai menderu-deru tiada henti. Komposisi dan struktur lagunya cukup kompleks serta terkesan rumit namun terkonsep dengan matang juga rapi. Sehingga walau kedengarannya kusut, lagu-lagunya sebenarnya memiliki alur.
Kurang lebih sejam SIKSAKUBUR menghadirkan tembang-tembang andalannya, dibuka mulai dari Anak Lelaki dan Srigala, Industri Monster Distorsi, Selera Neraka, Burung Bangkai, Merah Hitam Hijau, Surga Temaram, Pasukan Jiwa Terbelakang, Renounce Me hingga ditutup dengan Memoar Sang Pengobar.
Semoga dengan hadirnya SIKSAKUBUR makin menambah gairah metalhead Kota Palangka Raya untuk tetap eksis dan berkarya melalui arus bawah tanah (underground) yang akhir-akhir ini sepertinya mulai memudar. Layar pergerakan kita boleh kecil, tapi kita harus konsisten. Kita tunjukkan bahwa scene metal di Kota Palangka Raya itu selalu ada!
METAL NYAMAH MAHUTUS. HAIL!
Thursday, October 26, 2017
THOR: RAGNAROK
Thor: Ragnarok menjadi penutup Marvel Cinematic Universe (MCU) untuk tahun 2017 ini, di mana sebelumnya dibuka oleh Guardians of the Galaxy Vol. 2 (Mei) dan dilanjutkan dengan Spider-Man: Homecoming (Juli). Berbeda dengan Thor: The Dark World yang terbilang gelap, edisi Ragnarok kali ini menampilkan petualangan kosmis yang penuh warna serta kemegahan. Tidak hanya itu saja, filmnya sendiri benar-benar asyik dan menyenangkan. Terlebih unsur komedinya yang dapat memancing gelak tawa penonton untuk tertawa selepas-lepasnya. Walaupun plotnya tidak ringan, secara keseluruhan Thor: Ragnarok gampang untuk dicerna dan diikuti.
Kita mesti berterima kasih kepada sang sutradara Taika Waititi karena sineas asal Selandia Baru ini berhasil meramu sedemikian rupa sehingga memiliki visi yang jelas mau diapakan dan mau dibawa ke mana Thor: Ragnarok ini. Lewat sentuhan tangannya pula terjadi pengembangan pada karakter-karakternya. Dari sekian film MCU, baru kali ini Hulk diberikan porsi lebih dalam menangani konflik kepribadiannya. Begitu juga dengan Thor yang sedih atas apa yang menimpa sang ayah tercinta, Odin, namun menyadari bahwa kekuatan sejatinya bukan berasal dari palu Mjolnir-nya semata. Walaupun tidak eksplisit, jelas bahwa film ini juga memiliki sisi emosional.
Bisa dikatakan Thor: Ragnarok ini mirip dengan seri Guardians of the Galaxy. Film yang "tidak serius" namun digarap dengan serius. Itu terlihat dari kebanyolan verbal tiada henti, kekonyolan slapstick sampai dengan pemilihan soundtrack yang funk rock tapi pas dengan momen. Dan sudah pasti dong film ini menawarkan aksi yang memukau, seru dan menegangkan. Terlebih saat baku hantam antara Thor vs Hulk.
Jangan lupa, seperti kebiasaan film-filmnya Marvel Studio, Thor: Ragnarok juga memiliki dua buah after credit. Yaitu mid-credit dan post-credit. Untuk mid-credit memberikan pertanyaan besar apa yang sedang terjadi. Dan sepertinya akan terjawab pada Avengers: Infinity War yang rencananya tayang pada Mei 2018 mendatang. Wuoooh!
8/10
The sun's going down....
Kita mesti berterima kasih kepada sang sutradara Taika Waititi karena sineas asal Selandia Baru ini berhasil meramu sedemikian rupa sehingga memiliki visi yang jelas mau diapakan dan mau dibawa ke mana Thor: Ragnarok ini. Lewat sentuhan tangannya pula terjadi pengembangan pada karakter-karakternya. Dari sekian film MCU, baru kali ini Hulk diberikan porsi lebih dalam menangani konflik kepribadiannya. Begitu juga dengan Thor yang sedih atas apa yang menimpa sang ayah tercinta, Odin, namun menyadari bahwa kekuatan sejatinya bukan berasal dari palu Mjolnir-nya semata. Walaupun tidak eksplisit, jelas bahwa film ini juga memiliki sisi emosional.
Bisa dikatakan Thor: Ragnarok ini mirip dengan seri Guardians of the Galaxy. Film yang "tidak serius" namun digarap dengan serius. Itu terlihat dari kebanyolan verbal tiada henti, kekonyolan slapstick sampai dengan pemilihan soundtrack yang funk rock tapi pas dengan momen. Dan sudah pasti dong film ini menawarkan aksi yang memukau, seru dan menegangkan. Terlebih saat baku hantam antara Thor vs Hulk.
Jangan lupa, seperti kebiasaan film-filmnya Marvel Studio, Thor: Ragnarok juga memiliki dua buah after credit. Yaitu mid-credit dan post-credit. Untuk mid-credit memberikan pertanyaan besar apa yang sedang terjadi. Dan sepertinya akan terjawab pada Avengers: Infinity War yang rencananya tayang pada Mei 2018 mendatang. Wuoooh!
8/10
The sun's going down....
Wednesday, October 25, 2017
Sengketa Simbol Tanduk di Dunia Musik
Dalam sejarah rock n roll, Kiss menempati posisi yang penting. Mereka adalah salah satu band yang meneruskan tradisi seks, drugs, rock n roll dan mewariskannya pula pada band generasi berikutnya. Mereka pula yang membuat musik rock bisa tampak megah sekaligus mencengangkan. Dari segi bisnis, mereka terkenal bisa "memeras" popularitasnya guna menghasilkan uang. Motor di balik insting bisnis itu adalah Gene Simmons.
Gene adalah pendiri, pemain bass, merangkap vokalis kedua Kiss. Dengan make up yang lekat di wajahnya, julukannya adalah The Demon. Semua persona itu Ia lengkapi dengan tindak-tanduk di atas panggung: menjulurkan lidah yang panjang, juga menyemburkan api dari mulutnya. Gene juga dikenal sebagai misoginis, citra yang selalu dibanggakan para bintang rock era 70-80. Yang paling populer adalah cerita tentang Gene yang sudah meniduri 4.600 perempuan. Mantan koleganya di Kiss, penggebuk drum Peter Criss, menyebut Gene, "benar-benar seperti babi kalau urusan bercinta."
"Kalau para perempuan itu menyambutku dengan tangan terbuka, mereka juga harus menyambutku dengan selangkangan terbuka juga," katanya dalam wawancara bersama Radio NPR, 2002 silam.
Gene dianggap sebagai personel Kiss yang serakah. Dalam wawancara di Radio NPR, Gene mengatakan tujuannya bermain musik adalah untuk meniduri perempuan dan mendapat banyak uang. "Aku sadar, aku cinta uang," ujarnya. Dalam kesempatan lain, Ia selalu bilang, "Hidup dan berpikirlah seperti orang miskin, maka hidupmu akan baik-baik saja."
Dengan mentalitas seperti itu, wajar kalau Gene memeras uang dari semua tentang Kiss. Ia yang jadi otak di balik film-film Kiss. Ia membuat merchandise Kiss, mulai kaos hingga mainan, gantungan kunci natal, mesin pin ball, bahkan peti mati bergambar Kiss. Bagi Gene, selama sesuatu bisa menghasilkan uang selama itu pula Ia akan memerasnya.
Maka tak heran kalau di situs Urban Dictionary ada lema Greed Simmons, yang diartikan sebagai, "Julukan untuk orang brengsek paling kasar, paling serakah, paling norak, paling arogan dalam industri musik, bangsat terbesar sedunia."
Sekarang setelah nyaris semua tentang Kiss dan dirinya sudah Ia peras untuk jadi uang, Gene mencari cara lain: mendaftarkan simbol tiga jari ke departemen hak paten di Amerika Serikat. Menurut Gene, Ia yang menciptakan simbol tiga jari saat melakoni tur Hotter Than Hell pada 1974. Simbol itu, yang Ia sebut sebagai tanda "I Love You" dan "Rock On", juga muncul di album Love Gun (1977).
Mungkin yang tidak diketahui Gene --atau Ia memang tak peduli-- adalah simbol tiga jari sudah pernah diacungkan oleh John Lennon di kover single "Yellow Submarine/Eleanor Rigby" pada 1966. Selain itu, bagi kaum tuna rungu, simbol tiga jari --jempol, jari telunjuk, kelingking teracung sementara jari tengah dan jari manis tertekuk-- adalah bahasa isyarat untuk menyatakan "Aku cinta kamu". Simbol yang diciptakan oleh American Sign Languange ini sudah dipakai sejak 1817.
Mengenal Simbol Tanduk
Penyiar radio rock, Eddie Trunk, mengatakan bahwa Gene Simmons tak tahu apa yang ia mau. Menurut Eddie, Gene sebenarnya ingin mendaftarkan simbol sign of the horn, yang selama ini lekat dengan musik metal dan rock. Tapi sayangnya, simbol yang diacungkan Gene berbeda dengan sign of the horn, atau simbol tanduk. Simbol ini nyaris sama dengan simbol Aku Cinta Kamu, hanya zonder jempol teracung.
Kalau itu yang ingin dipatenkan oleh Gene, maka seluruh penggemar metal dan rock akan menertawakan Gene hingga terkencing di celana. Selamanya Gene akan dikenang sebagai musisi tua yang makin pikun seiring usia yang menggerogoti. Pasalnya, simbol tanduk itu sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Awal kemunculannya diperkirakan di India, kerap dipakai oleh Siddhārtha Gautama, sekitar 500 Sebelum Masehi. Simbol tanduk ini dianggap sebagai apotropaik, yang dianggap simbol untuk mengenyahkan iblis dan pengaruh jahat sihir. Tidak seperti dugaan banyak orang yang menganggap itu adalah simbol tanduk iblis.
Simbol tanduk juga muncul di Italia dan daerah Mediterania lain. Orang Italia mengenal simbol itu untuk menangkal malocchio, kutukan yang membuat orang celaka. Simbol itu juga jadi semacam doa keberuntungan. Simbol itulah yang kemudian diajarkan seorang nenek pada cucu kesayangannya, Ronald James Padavona. Sang nenek pula yang kemudian mengganti namanya menjadi Ronnie James Dio. Dalam bahasa Italia, Dio berarti Tuhan.
Dunia kemudian mengenal Dio sebagai vokalis heavy metal legendaris. Ia bergabung dengan band Rainbow bersama gitaris Deep Purple Ritchie Blackmore. Namanya makin terangkat karena bergabung dengan Black Sabbath, menggantikan Ozzy Osbourne.
"Ronnie (James Dio) mulai mengacungkan simbol tanduk, tak lama setelah menggantikan Ozzy sebagai vokalis Black Sabbath pada 1979," ujar Simon Young, editor di majalah heavy metal Kerrang.
Namun menurut Young, Dio bukanlah musisi pertama yang mengenalkan simbol itu dalam dunia musik. Pada 1969, band psikedelik-gaib asal Chicago, Coven, sudah menampilkan simbol tanduk itu dalam sampul belakang album perdana mereka, Witchcraft Destroys Minds & Reaps Souls.
Tak bisa dipungkiri, simbol ini menjadi semacam simbol kebangsaan metal berkat Dio. Simbol ini kemudian dikenal sebagai maloik. Penggemar musik metal menganggap simbol ini keren. Mereka juga masih akan terus menasbihkan Dio sebagai orang yang mempopulerkan simbol tanduk di ranah musik metal. Lemmy dari Motorhead juga setuju. "Iya lah, memang dia. Dia itu sangat eeeevvvviiiil." Begitu juga Lars Ulrich dan James Hetfield dari Metallica.
Namun apapun yang keren dan populer, akan berisiko didaur ulang dan melenceng jauh dari habitat aslinya. Di dunia populer, musisi Rihanna, Britney Spears, juga Avril Lavigne kerap mengacungkan simbol ini. Membuat banyak orang menganggap simbol tanduk terlalu sering dipakai dan tidak pada tempatnya. Di dunia politik, dari George Bush hingga Jokowi kerap memakai simbol tiga jari yang serupa.
"Penggunaan berlebihan itu memang terjadi. Biarkan simbol itu dipakai untuk penggemar metal saja," ujar Young.
Apapun itu, Gene Simmons si serakah itu sudah mendaftarkan simbol tiga jari ke United States Patent and Trademark Office pada 9 Juni 2017. Saat ini statusnya masih Awaiting Examination, alias menanti pengujian. Biasanya keputusannya keluar tiga minggu setelah pengajuan. Apakah pengajuan paten Gene akan diterima?
"Sebenarnya jawabannya subyektif sih. Karena tergantung tim penguji merek-nya. Kalau analisis mereka menyentuh sejarah penggunaan simbol, bisa saja gugatan itu ditolak. Karena tidak unik dan tidak eligible untuk dijadikan merek. Meski punya potensi untuk dikomersialisasi, tapi secara keunikan sepertinya tidak bakal diterima," ujar Hilman Fathoni, Legal Lead Creative Commons Indonesia, lembaga nirlaba yang fokus memperluas cakupan karya kreatif.
Jadi sekarang para penggemar musik tinggal menunggu kabar dari lembaga paten AS. Kalau gugatan ditolak, Gene akan makin jadi bahan olok-olok. Kalau patennya dikabulkan, Gene akan semakin dibenci banyak orang. Apapun hasilnya, Gene yang rugi. Maka benar apa kata Ace Frehley, gitaris Kiss yang juga kawan lama Gene.
"Gene hidup di masa lalu. Dia menjadi kartun dirinya sendiri. Sejak awal, motivasinya memang selalu uang."
Not cool, Gene. Not cool.
Sumber: Sengketa Simbol Tanduk di Dunia Musik
Gene adalah pendiri, pemain bass, merangkap vokalis kedua Kiss. Dengan make up yang lekat di wajahnya, julukannya adalah The Demon. Semua persona itu Ia lengkapi dengan tindak-tanduk di atas panggung: menjulurkan lidah yang panjang, juga menyemburkan api dari mulutnya. Gene juga dikenal sebagai misoginis, citra yang selalu dibanggakan para bintang rock era 70-80. Yang paling populer adalah cerita tentang Gene yang sudah meniduri 4.600 perempuan. Mantan koleganya di Kiss, penggebuk drum Peter Criss, menyebut Gene, "benar-benar seperti babi kalau urusan bercinta."
"Kalau para perempuan itu menyambutku dengan tangan terbuka, mereka juga harus menyambutku dengan selangkangan terbuka juga," katanya dalam wawancara bersama Radio NPR, 2002 silam.
Gene dianggap sebagai personel Kiss yang serakah. Dalam wawancara di Radio NPR, Gene mengatakan tujuannya bermain musik adalah untuk meniduri perempuan dan mendapat banyak uang. "Aku sadar, aku cinta uang," ujarnya. Dalam kesempatan lain, Ia selalu bilang, "Hidup dan berpikirlah seperti orang miskin, maka hidupmu akan baik-baik saja."
Dengan mentalitas seperti itu, wajar kalau Gene memeras uang dari semua tentang Kiss. Ia yang jadi otak di balik film-film Kiss. Ia membuat merchandise Kiss, mulai kaos hingga mainan, gantungan kunci natal, mesin pin ball, bahkan peti mati bergambar Kiss. Bagi Gene, selama sesuatu bisa menghasilkan uang selama itu pula Ia akan memerasnya.
Maka tak heran kalau di situs Urban Dictionary ada lema Greed Simmons, yang diartikan sebagai, "Julukan untuk orang brengsek paling kasar, paling serakah, paling norak, paling arogan dalam industri musik, bangsat terbesar sedunia."
Sekarang setelah nyaris semua tentang Kiss dan dirinya sudah Ia peras untuk jadi uang, Gene mencari cara lain: mendaftarkan simbol tiga jari ke departemen hak paten di Amerika Serikat. Menurut Gene, Ia yang menciptakan simbol tiga jari saat melakoni tur Hotter Than Hell pada 1974. Simbol itu, yang Ia sebut sebagai tanda "I Love You" dan "Rock On", juga muncul di album Love Gun (1977).
Mungkin yang tidak diketahui Gene --atau Ia memang tak peduli-- adalah simbol tiga jari sudah pernah diacungkan oleh John Lennon di kover single "Yellow Submarine/Eleanor Rigby" pada 1966. Selain itu, bagi kaum tuna rungu, simbol tiga jari --jempol, jari telunjuk, kelingking teracung sementara jari tengah dan jari manis tertekuk-- adalah bahasa isyarat untuk menyatakan "Aku cinta kamu". Simbol yang diciptakan oleh American Sign Languange ini sudah dipakai sejak 1817.
Mengenal Simbol Tanduk
Penyiar radio rock, Eddie Trunk, mengatakan bahwa Gene Simmons tak tahu apa yang ia mau. Menurut Eddie, Gene sebenarnya ingin mendaftarkan simbol sign of the horn, yang selama ini lekat dengan musik metal dan rock. Tapi sayangnya, simbol yang diacungkan Gene berbeda dengan sign of the horn, atau simbol tanduk. Simbol ini nyaris sama dengan simbol Aku Cinta Kamu, hanya zonder jempol teracung.
Kalau itu yang ingin dipatenkan oleh Gene, maka seluruh penggemar metal dan rock akan menertawakan Gene hingga terkencing di celana. Selamanya Gene akan dikenang sebagai musisi tua yang makin pikun seiring usia yang menggerogoti. Pasalnya, simbol tanduk itu sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Awal kemunculannya diperkirakan di India, kerap dipakai oleh Siddhārtha Gautama, sekitar 500 Sebelum Masehi. Simbol tanduk ini dianggap sebagai apotropaik, yang dianggap simbol untuk mengenyahkan iblis dan pengaruh jahat sihir. Tidak seperti dugaan banyak orang yang menganggap itu adalah simbol tanduk iblis.
Simbol tanduk juga muncul di Italia dan daerah Mediterania lain. Orang Italia mengenal simbol itu untuk menangkal malocchio, kutukan yang membuat orang celaka. Simbol itu juga jadi semacam doa keberuntungan. Simbol itulah yang kemudian diajarkan seorang nenek pada cucu kesayangannya, Ronald James Padavona. Sang nenek pula yang kemudian mengganti namanya menjadi Ronnie James Dio. Dalam bahasa Italia, Dio berarti Tuhan.
Dunia kemudian mengenal Dio sebagai vokalis heavy metal legendaris. Ia bergabung dengan band Rainbow bersama gitaris Deep Purple Ritchie Blackmore. Namanya makin terangkat karena bergabung dengan Black Sabbath, menggantikan Ozzy Osbourne.
"Ronnie (James Dio) mulai mengacungkan simbol tanduk, tak lama setelah menggantikan Ozzy sebagai vokalis Black Sabbath pada 1979," ujar Simon Young, editor di majalah heavy metal Kerrang.
Namun menurut Young, Dio bukanlah musisi pertama yang mengenalkan simbol itu dalam dunia musik. Pada 1969, band psikedelik-gaib asal Chicago, Coven, sudah menampilkan simbol tanduk itu dalam sampul belakang album perdana mereka, Witchcraft Destroys Minds & Reaps Souls.
Tak bisa dipungkiri, simbol ini menjadi semacam simbol kebangsaan metal berkat Dio. Simbol ini kemudian dikenal sebagai maloik. Penggemar musik metal menganggap simbol ini keren. Mereka juga masih akan terus menasbihkan Dio sebagai orang yang mempopulerkan simbol tanduk di ranah musik metal. Lemmy dari Motorhead juga setuju. "Iya lah, memang dia. Dia itu sangat eeeevvvviiiil." Begitu juga Lars Ulrich dan James Hetfield dari Metallica.
Namun apapun yang keren dan populer, akan berisiko didaur ulang dan melenceng jauh dari habitat aslinya. Di dunia populer, musisi Rihanna, Britney Spears, juga Avril Lavigne kerap mengacungkan simbol ini. Membuat banyak orang menganggap simbol tanduk terlalu sering dipakai dan tidak pada tempatnya. Di dunia politik, dari George Bush hingga Jokowi kerap memakai simbol tiga jari yang serupa.
"Penggunaan berlebihan itu memang terjadi. Biarkan simbol itu dipakai untuk penggemar metal saja," ujar Young.
Apapun itu, Gene Simmons si serakah itu sudah mendaftarkan simbol tiga jari ke United States Patent and Trademark Office pada 9 Juni 2017. Saat ini statusnya masih Awaiting Examination, alias menanti pengujian. Biasanya keputusannya keluar tiga minggu setelah pengajuan. Apakah pengajuan paten Gene akan diterima?
"Sebenarnya jawabannya subyektif sih. Karena tergantung tim penguji merek-nya. Kalau analisis mereka menyentuh sejarah penggunaan simbol, bisa saja gugatan itu ditolak. Karena tidak unik dan tidak eligible untuk dijadikan merek. Meski punya potensi untuk dikomersialisasi, tapi secara keunikan sepertinya tidak bakal diterima," ujar Hilman Fathoni, Legal Lead Creative Commons Indonesia, lembaga nirlaba yang fokus memperluas cakupan karya kreatif.
Jadi sekarang para penggemar musik tinggal menunggu kabar dari lembaga paten AS. Kalau gugatan ditolak, Gene akan makin jadi bahan olok-olok. Kalau patennya dikabulkan, Gene akan semakin dibenci banyak orang. Apapun hasilnya, Gene yang rugi. Maka benar apa kata Ace Frehley, gitaris Kiss yang juga kawan lama Gene.
"Gene hidup di masa lalu. Dia menjadi kartun dirinya sendiri. Sejak awal, motivasinya memang selalu uang."
Not cool, Gene. Not cool.
Sumber: Sengketa Simbol Tanduk di Dunia Musik
Saturday, October 21, 2017
Registrasi Pelanggan Kartu Prabayar Telekomunikasi
Mulai tanggal 31 Oktober 2017 akan diberlakukan registrasi kartu
prabayar telekomunikasi menggunakan NIK (nomor KTP) dan Nomor KK (Kartu
Keluarga). Diberlakukan
validasi data calon pelanggan dan pelanggan lama. Batas akhir
pelaksanaan registrasi ulang untuk pelanggan lama adalah 28 Februari
2018. Cara registrasi baik itu untuk pelanggan baru maupun lama dapat
dilihat pada gambar di samping (klik untuk memperbesar). Secara umum
registrasi dilakukan dengan cara mengirim SMS maupun ke website dari
masing-masing operator telekomunikasi.
Pelanggan/calon pelanggan dapat menghubungi gerai milik penyelenggara jasa telekomunikasi guna mendapatkan info produk dan registrasi. Dapat pula menghubungi Suku Dinas Dukcapil atau Dinas Dukcapil Kabupaten/Kota terdekat untuk mengecek status data kependudukan. Untuk info lebih lanjut, dapat mengunjungi www.kominfo.go.id
Registrasikan sendiri nomor prabayar Anda, agar aman dan nyaman!
Pelanggan/calon pelanggan dapat menghubungi gerai milik penyelenggara jasa telekomunikasi guna mendapatkan info produk dan registrasi. Dapat pula menghubungi Suku Dinas Dukcapil atau Dinas Dukcapil Kabupaten/Kota terdekat untuk mengecek status data kependudukan. Untuk info lebih lanjut, dapat mengunjungi www.kominfo.go.id
Registrasikan sendiri nomor prabayar Anda, agar aman dan nyaman!
Friday, September 29, 2017
PENGABDI SETAN
Pengabdi Setan adalah film terbaru yang disutradarai oleh Joko Anwar, salah satu sineas lokal yang memiliki banyak prestasi dan penghargaan. Pengabdi Setan arahan Joko Anwar ini merupakan reboot dari sebuah film horor berjudul sama yang rilis tahun 1980 silam. Bagi kalangan pecinta film Indonesia, Pengabdi Setan (1980) masih dianggap sebagai salah satu film horor Indonesia terbaik. Nah, apakah Joko Anwar bisa menawarkan sebuah ketakutan seperti pendahulunya? Atau bahkan lebih?
Secara keseluruhan Joko Anwar sukses meramu Pengabdi Setan menjadi sebuah tontonan horor yang dijamin beda dengan film horor Indonesia kebanyakan. Didukung oleh sinematografi yang layak diacungi jempol, kostum hingga properti yang sangat mewakili setting cerita yang mengambil tahun 80-an, Pengabdi Setan sudah memiliki kesatuan yang utuh. Tinggal pengarahan dan fokus pada alur ceritanya saja. Dan alur ceritanya juga berjalan dengan bagus. Atmosfir horor yang mencekam, menyeramkan, menegangkan serta menakutkan di sepanjang durasi film mampu membuat penonton gelisah berkepanjangan tanpa henti di kursi studio bioskop. Apalagi jumpscare yang terkadang susah ditebak kemunculannya itu mampu mengundang teriak histeris penonton yang sebenarnya sudah ketakutan sedari sebelumnya.
Yang juga menjadi poin plus dari film ini juga datang dari tokoh-tokohnya. Dengan performa yang alami dan dialog-dialog segar yang juga terkadang diselipi adegan lucu dari para pemainnya dapat mengundang rasa perhatian dari penonton, bahkan bersimpati. Kepedulian penonton dengan tokoh merupakan sebuah modal penting dalam sebuah film, terserah mau genre apa.
Walaupun secara teknis dan visual sudah tergolong luar biasa, sayangnya, Pengabdi Setan agak keteteran pada klimaks dan penghujung kisah. Bahasa kerennya mungkin kurang greget. Ending yang terbilang tanggung membuat penonton bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya. Well, apakah ini semacam petunjuk bahwa akan ada sekuelnya? Hanya Joko Anwar yang tahu.
Sebagai konklusi, Pengabdi Setan adalah sebuah film horor yang wajib tonton! Sebuah film yang membuat kita bertanya-tanya, kenapa film horor Indonesia sebelum-sebelumnya tidak bisa sekualitas dan sekeren buatan Joko Anwar ini? Selamat Joko Anwar, anda telah menerapkan standar film horor terbaik Indonesia itu seperti apa. Biarlah sineas lain terpacu dan bercermin pada film ini untuk menghasilkan dan menciptakan film-film horor Indonesia terbaik lainnya.
7,5/10
Btw, Tara Basro kok agak gemukan ya di film ini?
Secara keseluruhan Joko Anwar sukses meramu Pengabdi Setan menjadi sebuah tontonan horor yang dijamin beda dengan film horor Indonesia kebanyakan. Didukung oleh sinematografi yang layak diacungi jempol, kostum hingga properti yang sangat mewakili setting cerita yang mengambil tahun 80-an, Pengabdi Setan sudah memiliki kesatuan yang utuh. Tinggal pengarahan dan fokus pada alur ceritanya saja. Dan alur ceritanya juga berjalan dengan bagus. Atmosfir horor yang mencekam, menyeramkan, menegangkan serta menakutkan di sepanjang durasi film mampu membuat penonton gelisah berkepanjangan tanpa henti di kursi studio bioskop. Apalagi jumpscare yang terkadang susah ditebak kemunculannya itu mampu mengundang teriak histeris penonton yang sebenarnya sudah ketakutan sedari sebelumnya.
Yang juga menjadi poin plus dari film ini juga datang dari tokoh-tokohnya. Dengan performa yang alami dan dialog-dialog segar yang juga terkadang diselipi adegan lucu dari para pemainnya dapat mengundang rasa perhatian dari penonton, bahkan bersimpati. Kepedulian penonton dengan tokoh merupakan sebuah modal penting dalam sebuah film, terserah mau genre apa.
Walaupun secara teknis dan visual sudah tergolong luar biasa, sayangnya, Pengabdi Setan agak keteteran pada klimaks dan penghujung kisah. Bahasa kerennya mungkin kurang greget. Ending yang terbilang tanggung membuat penonton bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya. Well, apakah ini semacam petunjuk bahwa akan ada sekuelnya? Hanya Joko Anwar yang tahu.
Sebagai konklusi, Pengabdi Setan adalah sebuah film horor yang wajib tonton! Sebuah film yang membuat kita bertanya-tanya, kenapa film horor Indonesia sebelum-sebelumnya tidak bisa sekualitas dan sekeren buatan Joko Anwar ini? Selamat Joko Anwar, anda telah menerapkan standar film horor terbaik Indonesia itu seperti apa. Biarlah sineas lain terpacu dan bercermin pada film ini untuk menghasilkan dan menciptakan film-film horor Indonesia terbaik lainnya.
7,5/10
Btw, Tara Basro kok agak gemukan ya di film ini?
Thursday, September 21, 2017
KINGSMAN: THE GOLDEN CIRCLE
Setelah sukses dengan film pertamanya dan juga mendapatkan banyak review positif, yakni Kingsman: The Secret Service, tahun ini hadir sekuelnya yang diberi tajuk Kingsman: The Golden Circle. Tidak sebagus film pertamanya, namun harus diakui filmnya cukup menghibur dengan menampilkan aksi yang lebih fantastis dan bombastis. Mau tidak mau memang harus begitu. Karena kisah ini sebenarnya sudah habis terkupas melalui film pendahulunya. So, sekuelnya kali ini bisa dibilang tidak terlalu kuat pada cerita. Wajar bila karakter Eggsy selaku Galahad baru tidak ada penggalian yang mendalam. Namun untung saja karakter-karakter baru cukup memberikan warna tersendiri bagi film ini.
Terlepas dari itu, Kingsman: The Golden Circle tetap menawarkan ciri khasnya. Selain adegan laga yang memiliki sinematografi greget itu, juga masih mengandalkan humor-humor cerdas yang efektif mengundang rasa tawa. Ditambah dengan beberapa adegan "gore" yang dapat membuat penonton merasa ngilu sembari mengernyitkan dahi. Dan tentu saja gadget-gadget atau peralatan canggih nan keren ala mata-mata (spionase) dapat disimak pada film yang secara total memakan durasi 2,5 jam ini.
Film ini juga menghadirkan beberapa kejutan, terutama kembalinya karakter lama (you know who). Selain itu juga ada aksi menawan nan lucu dari penyanyi Elton John yang bermain di film ini. Dengan penuturan cerita yang disampaikan secara cepat, film ini memiliki twist menjelang akhir film.
Akhir kata, layaknya film-film sekuel, terjadi penurunan kualitas dan kreatifitas pada Kingsman: The Golden Circle. Tapi secara keseluruhan, film ini masih menjadi sajian yang layak untuk disimak dan ditonton. Terlebih lagi bagi kalian yang demen sekali dengan lagu Take Me Home, Country Roads. Halah!
7/10
Manners maketh man!
Terlepas dari itu, Kingsman: The Golden Circle tetap menawarkan ciri khasnya. Selain adegan laga yang memiliki sinematografi greget itu, juga masih mengandalkan humor-humor cerdas yang efektif mengundang rasa tawa. Ditambah dengan beberapa adegan "gore" yang dapat membuat penonton merasa ngilu sembari mengernyitkan dahi. Dan tentu saja gadget-gadget atau peralatan canggih nan keren ala mata-mata (spionase) dapat disimak pada film yang secara total memakan durasi 2,5 jam ini.
Film ini juga menghadirkan beberapa kejutan, terutama kembalinya karakter lama (you know who). Selain itu juga ada aksi menawan nan lucu dari penyanyi Elton John yang bermain di film ini. Dengan penuturan cerita yang disampaikan secara cepat, film ini memiliki twist menjelang akhir film.
Akhir kata, layaknya film-film sekuel, terjadi penurunan kualitas dan kreatifitas pada Kingsman: The Golden Circle. Tapi secara keseluruhan, film ini masih menjadi sajian yang layak untuk disimak dan ditonton. Terlebih lagi bagi kalian yang demen sekali dengan lagu Take Me Home, Country Roads. Halah!
7/10
Manners maketh man!
Friday, September 08, 2017
IT
Akhirnya, baru hari ini kesampaian nonton film It. Merupakan sebuah film yang diadaptasi dari novel karyanya dedengkot horor Stephen King. It sempat hadir di tahun '90-an silam melalui miniseri televisi.
Kali ini review secara singkat saja dari saya. Kebetulan sedang malas untuk mengetik yang panjang-pajang. Secara keseluruhan, It bagi saya adalah film yang bagus juga mengesankan. Disaji dan eksekusi nyaris tanpa cela. Menegangkan serta menakutkan. Tingkat keseraman tak perlu diragukan lagi. Mampu membuat penonton gelisah bahkan menjerit. Tidak hanya itu juga, film ini diselingi dengan unsur komedi yang cerdas. Dan yang menjadi kekuatan dari film yang disutradarai oleh Andy Muschietti ini adalah sisi emosionalnya. Luar biasa indah.
Sisi non-horor dari It layak dipuji. Terutama karakter anak-anak yang menjadi protagonisnya. Pengembangan hubungan antar karakternya begitu kuat. Permasalahan-permasalahan yang ada pada diri anak-anak tersebut mampu menarik empati penonton.
Jadi tunggu apalagi, segera tonton film ini. Dengan durasi waktu sekitar 130 menit, It menawarkan sesuatu yang beda dan gereget.
8,5/10
Bagi kalian yang fobia dengan badut dan balon, risiko silakan tanggung sendiri.
Kali ini review secara singkat saja dari saya. Kebetulan sedang malas untuk mengetik yang panjang-pajang. Secara keseluruhan, It bagi saya adalah film yang bagus juga mengesankan. Disaji dan eksekusi nyaris tanpa cela. Menegangkan serta menakutkan. Tingkat keseraman tak perlu diragukan lagi. Mampu membuat penonton gelisah bahkan menjerit. Tidak hanya itu juga, film ini diselingi dengan unsur komedi yang cerdas. Dan yang menjadi kekuatan dari film yang disutradarai oleh Andy Muschietti ini adalah sisi emosionalnya. Luar biasa indah.
Sisi non-horor dari It layak dipuji. Terutama karakter anak-anak yang menjadi protagonisnya. Pengembangan hubungan antar karakternya begitu kuat. Permasalahan-permasalahan yang ada pada diri anak-anak tersebut mampu menarik empati penonton.
Jadi tunggu apalagi, segera tonton film ini. Dengan durasi waktu sekitar 130 menit, It menawarkan sesuatu yang beda dan gereget.
8,5/10
Bagi kalian yang fobia dengan badut dan balon, risiko silakan tanggung sendiri.
Wednesday, August 30, 2017
BABY DRIVER
Sebenarnya saya tidak punya satu petunjuk apapun tentang film ini. Bercerita tentang apa, genrenya apa dan sebagainya. Namun karena film ini disutradadarai oleh Edgar Wright, sepertinya sudah menjadi suatu keharusan untuk menyaksikannya. Sineas asal Inggris ini dikenal dengan karya-karyanya seperti Shaun of the Dead, Hot Fuzz, The World's End dan Scott Pilgrim vs the World. Jika pernah menyaksikan film-film tersebut, maka kalian akan paham filmnya akan bergaya seperti apa. Dan melalui Baby Driver, Edgar Wright kembali menawarkan kekhasannya tersendiri. Film yang berdurasi 113 menit ini tayang di Amerika Utara sejak Juni lalu. Dan entah kenapa di Indonesia filmnya sendiri mulai ditayangkan menjelang Agustus berakhir.
Well, Baby Driver merupakan sebuah tontonan yang sangat menghibur, menyenangkan serta asyik. Penjabaran ceritanya cukup mudah dicerna. Mengambil kisah tentang seorang anak muda pengidap tinnitus dan punya kelainan kepribadian bernama Baby yang bekerja pada kelompok penjahat sebagai supir. Walaupun kerap terlibat dalam aksi kejahatan, sebenarnya ia adalah pemuda yang baik hati. Setelah bertemu dan jatuh hati pada seorang pelayan cantik, Baby memutuskan ingin keluar dari pekerjaannya. Namun sang majikan menahannya dan mengancam untuk menyakiti semua orang yang dicintai Baby jika dia mencoba untuk pergi. Berhasilkah Baby keluar dari pekerjaan kotornya itu?
Selain diisi oleh banyak pemain bintang, yang menarik dan menjadi kekuatan dari Baby Driver ini adalah bahwa film ini memadukan antara aksi dan soundtrack. Atau bisa juga dikatakan sinkronisasi antara visual dan audio melalui ketukan-ketukan musik. Sehingga menampilkan pengalaman sinematik yang baru dan unik. Sepintas mirip film musikal, tapi kenyataannya memang bukan begitu. Pemilihan lagu-lagu yang mengisi soundtrack di sepanjang film ini berhasil memberikan warna dan suasana tersendiri. Adegan aksi plus balap-balapannya sudah bisa dikatakan oke dan cukup seru. Ditambah pula dengan unsur komedi yang tak jarang mengundang gelak tawa penonton. Membuat Baby Driver menjadi sebuah tontonan yang tepat bagi siapa saja yang ingin melepaskan suntuk dan penat.
8/10
Well, Baby Driver merupakan sebuah tontonan yang sangat menghibur, menyenangkan serta asyik. Penjabaran ceritanya cukup mudah dicerna. Mengambil kisah tentang seorang anak muda pengidap tinnitus dan punya kelainan kepribadian bernama Baby yang bekerja pada kelompok penjahat sebagai supir. Walaupun kerap terlibat dalam aksi kejahatan, sebenarnya ia adalah pemuda yang baik hati. Setelah bertemu dan jatuh hati pada seorang pelayan cantik, Baby memutuskan ingin keluar dari pekerjaannya. Namun sang majikan menahannya dan mengancam untuk menyakiti semua orang yang dicintai Baby jika dia mencoba untuk pergi. Berhasilkah Baby keluar dari pekerjaan kotornya itu?
Selain diisi oleh banyak pemain bintang, yang menarik dan menjadi kekuatan dari Baby Driver ini adalah bahwa film ini memadukan antara aksi dan soundtrack. Atau bisa juga dikatakan sinkronisasi antara visual dan audio melalui ketukan-ketukan musik. Sehingga menampilkan pengalaman sinematik yang baru dan unik. Sepintas mirip film musikal, tapi kenyataannya memang bukan begitu. Pemilihan lagu-lagu yang mengisi soundtrack di sepanjang film ini berhasil memberikan warna dan suasana tersendiri. Adegan aksi plus balap-balapannya sudah bisa dikatakan oke dan cukup seru. Ditambah pula dengan unsur komedi yang tak jarang mengundang gelak tawa penonton. Membuat Baby Driver menjadi sebuah tontonan yang tepat bagi siapa saja yang ingin melepaskan suntuk dan penat.
8/10
Monday, August 28, 2017
Apa Kabar Perda Karhutla?
Pencabutan Peraturan Gubernur No. 52
tahun 2008 menyulitkan masyarakat untuk berladang. Pelarangan pembukaan
lahan dengan cara tradisional masih belum diikuti dengan solusi.
Penindakan tegas dilakukan kepada siapa saja yang membakar lahan membuat
petani peladang gelisah. Produksi pertanian terutama padi terancam,
padahal petani hanya menanam untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kalimantan Tengah memerlukan aturan pengganti yang mampu mengakomodir kebutuhan hidup masyarakat sekaligus mereduksi peluang terjadinya kebakaran lahan. Pengganti dari Pergub yang dicabut perlu dibuat dan revisi terhadap Peraturan Daerah yang memayunginya harus dilakukan. Masyarakat perlu kepastian hukum yang menjamin kelangsungan hidup, karena dilarang melarang tanpa solusi.
Kalimantan Tengah memerlukan aturan pengganti yang mampu mengakomodir kebutuhan hidup masyarakat sekaligus mereduksi peluang terjadinya kebakaran lahan. Pengganti dari Pergub yang dicabut perlu dibuat dan revisi terhadap Peraturan Daerah yang memayunginya harus dilakukan. Masyarakat perlu kepastian hukum yang menjamin kelangsungan hidup, karena dilarang melarang tanpa solusi.
Friday, August 25, 2017
AMERICAN MADE
Setelah The Mummy, tahun ini Tom Cruise kembali hadir di layar bioskop melalui film yang diberi judul American Made.
Tayang di Indonesia mulai hari ini (Jumat, 25/8/2017). Sedangkan di
kawasan Amerika Utara (Amerika Serikat & Kanada) filmnya akan beredar mulai bulan depan. Berbanggalah kita yang di Indonesia karena American Made tayang sebulan lebih awal di negeri kita.
American Made sendiri adalah sebuah film yang didasari dari kisah nyata (based on true story). Mengisahkan tentang kehidupan dari Barry Seal, seorang mantan pilot TWA yang banting setir bekerja untuk agen spesial Amerika yang dikenal dengan nama CIA, sekaligus juga menjadi kurir bagi kertel narkoba terbesar sepanjang masa, Medellin Carter di
era tahun 1980-an. Bila kalian sudah pernah membaca kisah petualangan
hidup dari Barry Seal baik itu melalui buku, blog, internet, dll tentu
sudah tahu sepak terjang Barry Seal itu seperti apa. Dan bagi yang belum
tahu, inilah kesempatan kalian untuk mencari tahu.
Barry Seal sendiri diperankan oleh aktor asal Australia Tom Cruise. Ini merupakan film biografi ketiga bagi Tom Cruise, tentunya setelah Born on the Fourth of July (1989) dan Valkyrie (2008). Dan persis diduga, Tom Cruise berhasil memerankan Barry Seal dengan apik. Karena peran-peran seperti ini lah yang cocok bagi Tom Cruise. Secara keseluruhan, filmnya berjalan dengan rapi, jelas dan gampang dicerna. Sesekali diselipi dengan adegan lucu yang ternyata mampu mengundang gelak tawa penonton. Hanya perlu diingat, jangan ajak anak kecil untuk menonton film ini. Karena terdapat beberapa adegan vulgar dan seringnya kata-kata tidak pantas yang terlontar.
8/10
American Made pada akhirnya adalah sebuah film biografi yang ringan, hangat dan menarik.You should watch it.
Barry Seal sendiri diperankan oleh aktor asal Australia Tom Cruise. Ini merupakan film biografi ketiga bagi Tom Cruise, tentunya setelah Born on the Fourth of July (1989) dan Valkyrie (2008). Dan persis diduga, Tom Cruise berhasil memerankan Barry Seal dengan apik. Karena peran-peran seperti ini lah yang cocok bagi Tom Cruise. Secara keseluruhan, filmnya berjalan dengan rapi, jelas dan gampang dicerna. Sesekali diselipi dengan adegan lucu yang ternyata mampu mengundang gelak tawa penonton. Hanya perlu diingat, jangan ajak anak kecil untuk menonton film ini. Karena terdapat beberapa adegan vulgar dan seringnya kata-kata tidak pantas yang terlontar.
8/10
American Made pada akhirnya adalah sebuah film biografi yang ringan, hangat dan menarik.You should watch it.
Wednesday, August 23, 2017
Palangka Raya Modern City
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menetapkan ibu kota Provinsi
Kalimantan Tengah, yakni kota Palangka Raya sebagai Telkom Modern City.
Palangka Raya pun menjadi kota pertama yang memiliki infrastruktur 100
persen fiber optik. Direktur Network & IT Solution Telkom, Zulhelfi
Abidin mengatakan proses pendirian Palangka Raya sebagai Modern City
memakan waktu sekitar satu tahun.
Telkom pun mengapresiasi pemerintah daerah yang telah mendukung terselesaikannya pemasangan jaringan 100 persen fiber optik. “Saat ini jaringan 100 persen fiber optik telah selesai terpasang dan pelanggan Telkom Group serta masyarakat Palangkaraya dapat menikmati digital experience terbaik,” ungkap dia, pekan lalu.
Modern City merupakan program modernisasi jaringan tembaga ke jaringan fiber optik yang dapat mendukung peningkatan kualitas layanan Information, Communication, and Technology (ICT). Program ini bertujuan agar pelanggan dapat menikmati layanan yang lebih baik karena kualitas layanan berbasis fiber optic, mampu menghadirkan performa yang jauh lebih baik hingga ke tahapan Internet of Things (IOT), seperti home security, office security, transportation system, hingga government system yang mendukung peneraapan smart city.
Melalui sistem telekomunikasi berbasis fiber optik di Palangka Raya ini akan memungkinkan digital lifestyle dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, mulai dari sektor rumah tangga. Selain itu, pelaku UMKM ataupun industri lainnya dapat pula menikmati layanan digital ini untuk menggenjot produktivitas dan pemasaran produk.
Hingga pertengahan 2017, dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah, Telkom telah menghubungkan 12 kabupaten/ kota dengan jaringan backbone serat optik. Sedangkan 2 kabupaten lainnya yaitu Kuala Kurun dan Sukamara saat ini sedang dalam proses penyelesaian pembangunan jaringan. Telah siapnya jaringan fiber optik mendukung berbagai layanan ICT antarkota akan menjadi sarana terwujudnya kabupaten/kota di Kalimantan Tengah sebagai smart city.
Sumber: http://www.koran-jakarta.com/telkom-jadikan-palangkaraya--modern-city-/
Telkom pun mengapresiasi pemerintah daerah yang telah mendukung terselesaikannya pemasangan jaringan 100 persen fiber optik. “Saat ini jaringan 100 persen fiber optik telah selesai terpasang dan pelanggan Telkom Group serta masyarakat Palangkaraya dapat menikmati digital experience terbaik,” ungkap dia, pekan lalu.
Modern City merupakan program modernisasi jaringan tembaga ke jaringan fiber optik yang dapat mendukung peningkatan kualitas layanan Information, Communication, and Technology (ICT). Program ini bertujuan agar pelanggan dapat menikmati layanan yang lebih baik karena kualitas layanan berbasis fiber optic, mampu menghadirkan performa yang jauh lebih baik hingga ke tahapan Internet of Things (IOT), seperti home security, office security, transportation system, hingga government system yang mendukung peneraapan smart city.
Melalui sistem telekomunikasi berbasis fiber optik di Palangka Raya ini akan memungkinkan digital lifestyle dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, mulai dari sektor rumah tangga. Selain itu, pelaku UMKM ataupun industri lainnya dapat pula menikmati layanan digital ini untuk menggenjot produktivitas dan pemasaran produk.
Hingga pertengahan 2017, dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah, Telkom telah menghubungkan 12 kabupaten/ kota dengan jaringan backbone serat optik. Sedangkan 2 kabupaten lainnya yaitu Kuala Kurun dan Sukamara saat ini sedang dalam proses penyelesaian pembangunan jaringan. Telah siapnya jaringan fiber optik mendukung berbagai layanan ICT antarkota akan menjadi sarana terwujudnya kabupaten/kota di Kalimantan Tengah sebagai smart city.
Sumber: http://www.koran-jakarta.com/telkom-jadikan-palangkaraya--modern-city-/
Friday, August 11, 2017
ANNABELLE: CREATION
Boneka Annabelle pertama kali muncul di film The Conjuring (2013). Karena besar antusias publik akan boneka ini, dibuatlah spin-off filmnya yang dirilis tahun 2014 kemarin dengan judul Annabelle. Tidak terlalu bagus, namun sukses dalam pendapatan pundi-pundi. Inilah alasan lain kenapa pihak studio kembali menghadirkan Annabelle: Creation di tahun 2017 ini. Secara lini masa, Annabelle: Creation mengambil setting di tahun 1957. Dan mengisahkan asal-usul boneka Annabelle. Jadi bisa dikatakan bahwa film ini adalah prekuelnya. Untuk Annabelle: Creation yang menjadi sutradaranya adalah David F. Sanberg, seorang sineas yang tahun 2016 kemarin sukses luar biasa dengan film tema horornya berjudul Lights Out. Dari pemilihan sutradaranya saja sudah memberikan rasa optimis bahwa Annabelle: Creation akan menawarkan sesuatu yang lebih, lain dan beda. Benar kah?
Dan ternyata itu benar! Annabelle: Creation berhasil bikin malu film sebelumnya. Film ini bukanlah film yang sekadar hanya mengagetkan orang saja. Tapi juga fun dan sangat bisa dinikmati alur ketegangannya. Sang sutradara dengan kreatifitasnya tampil jenius dengan mempermainkan perasaan penonton yang sebenarnya ketakutan tapi juga penasaran untuk mengetahui akan ada kejadian apa selanjutnya. Dengan dukungan sinematografi dan desain suara yang jitu, penonton berhasil dibuat stres serta gelisah dengan teror-teror horor nan menyeramkan yang seakan-akan tiada hentinya itu. Dan klimaksnya apalagi kalau bukan jejeritan bareng di dalam studio bioskop.
Film yang didominasi oleh pemeran wanita ini berhasil menggali lebih mendetail tentang apa itu dan siapa Annabelle. Dan bagaimana bisa begini dan begitu. Dan cara sutradara mengaitkan film ini dengan film sebelumnya juga sangat cerdas. Jadi, sepertinya franchise Annabelle tidak akan stop sampai di sini. Kita tunggu saja. Akhir kata, Annabelle: Creation layak untuk dijajal dan diuji. Siapkan mental dan fisik. Dan jangan lupa ajak gebetan.
7,5/10
Dan ternyata itu benar! Annabelle: Creation berhasil bikin malu film sebelumnya. Film ini bukanlah film yang sekadar hanya mengagetkan orang saja. Tapi juga fun dan sangat bisa dinikmati alur ketegangannya. Sang sutradara dengan kreatifitasnya tampil jenius dengan mempermainkan perasaan penonton yang sebenarnya ketakutan tapi juga penasaran untuk mengetahui akan ada kejadian apa selanjutnya. Dengan dukungan sinematografi dan desain suara yang jitu, penonton berhasil dibuat stres serta gelisah dengan teror-teror horor nan menyeramkan yang seakan-akan tiada hentinya itu. Dan klimaksnya apalagi kalau bukan jejeritan bareng di dalam studio bioskop.
Film yang didominasi oleh pemeran wanita ini berhasil menggali lebih mendetail tentang apa itu dan siapa Annabelle. Dan bagaimana bisa begini dan begitu. Dan cara sutradara mengaitkan film ini dengan film sebelumnya juga sangat cerdas. Jadi, sepertinya franchise Annabelle tidak akan stop sampai di sini. Kita tunggu saja. Akhir kata, Annabelle: Creation layak untuk dijajal dan diuji. Siapkan mental dan fisik. Dan jangan lupa ajak gebetan.
7,5/10
Friday, July 28, 2017
Layanan Webmail merahputih.id
Akses layanan e-mail di Indonesia bertambah
dengan kehadiran webmail www.merahputih.id. Ini merupakan e-mail pertama
milik Indonesia yang diharapkan dapat mengurangi beban biaya bandwith
penggunaan internet internasional dan menunjukkan identitas bangsa
Indonesia.
Untuk sementara ini layanan webmail merahputih.id sudah memiliki kemampuan berbagi dokumen, video dan gambar. Juga memberikan kapasitas penyimpanan sebesar 50GB. Lumayan.
Dan baru saja saya membuat e-mail di webmail ini. Yaitu anthonysinaga@merahputih.id dan spawnist@merahputih.id
Yuk buruan daftar juga! Tak ada salahnya kok.
Untuk sementara ini layanan webmail merahputih.id sudah memiliki kemampuan berbagi dokumen, video dan gambar. Juga memberikan kapasitas penyimpanan sebesar 50GB. Lumayan.
Dan baru saja saya membuat e-mail di webmail ini. Yaitu anthonysinaga@merahputih.id dan spawnist@merahputih.id
Yuk buruan daftar juga! Tak ada salahnya kok.
Wednesday, July 26, 2017
WAR FOR THE PLANET OF THE APES
Tak bisa dipungkiri, War for the Planet of the Apes sukses menjadi penutup trilogi yang cantik, apik serta epik. Terlepas dari sisi visual yang luar biasa, film ini juga sangat menyentuh dan menguras emosi. Menonton film ini ibarat sedang melakukan "spiritual journey". Karena banyak pesan-pesan moral yang bisa diperoleh di sini. Memberikan kita pelajaran bahwa damai itu indah. Namun kedamaian tak bisa diraih hanya dengan begitu saja, sebab memerlukan perjuangan dan pengorbanan, terlebih-lebih mengalahkan ego sendiri. Melalui film ini kita yang selaku manusia mungkin sedikit tersentil karena kera ternyata digambarkan lebih "manusiawi" daripada manusia itu sendiri. Inilah yang menjadi kekuatan dari film tersebut. Dengan alur cerita yang indah, mengharu biru dan beberapa aksi menegangkan durasi 140 menit yang relatif panjang dan lama itu pun sama sekali tidak terasa.
Planet of the Apes sendiri aslinya adalah sebuah kisah dari sebuah novel berjudul La Planete des Singes yang rilis pada tahun 1963 silam. Melihat kesuksesan novelnya, Hollywood tidak tinggal diam. Mereka bergerak cepat dengan membuatkan filmnya. Terhitung sudah ada begitu banyak film dan sekuel yang diadaptasi dari novel itu. Ada yang sukses, ada juga yang gagal. Selepas itu franchise ini vakum.
Sampai pada akhirnya di tahun 2011 franchise ini muncul kembali dengan judul Rise of the Planet of the Apes yang lebih fokus ke origin story-nya. Teknologi yang sudah maju dan canggih membuat film ini sukses di luar dugaan. Ditambah lagi dengan publik yang ternyata begitu tertarik dengan cerita kaum kera yang dijadikan sebagai protagonis, sedangkan manusia adalah antagonisnya. Kesuksesan tersebut dilanjutkan dengan sekuel di tahun 2014, Dawn of the Planet of the Apes, yang lagi-lagi mendapat pujian serta kritik bagus.
Lazimnya film trilogi, film ketiga selalu menampilkan cerita yang menjadi konklusi ataupun ending. Bagaimana akhir dari kisah perjalanan perselisihan antara manusia dengan para kera melalui War for the Planet of the Apes ini? Silakan disimak sendiri.
8,5/10
Apes. Together. Strong.
Planet of the Apes sendiri aslinya adalah sebuah kisah dari sebuah novel berjudul La Planete des Singes yang rilis pada tahun 1963 silam. Melihat kesuksesan novelnya, Hollywood tidak tinggal diam. Mereka bergerak cepat dengan membuatkan filmnya. Terhitung sudah ada begitu banyak film dan sekuel yang diadaptasi dari novel itu. Ada yang sukses, ada juga yang gagal. Selepas itu franchise ini vakum.
Sampai pada akhirnya di tahun 2011 franchise ini muncul kembali dengan judul Rise of the Planet of the Apes yang lebih fokus ke origin story-nya. Teknologi yang sudah maju dan canggih membuat film ini sukses di luar dugaan. Ditambah lagi dengan publik yang ternyata begitu tertarik dengan cerita kaum kera yang dijadikan sebagai protagonis, sedangkan manusia adalah antagonisnya. Kesuksesan tersebut dilanjutkan dengan sekuel di tahun 2014, Dawn of the Planet of the Apes, yang lagi-lagi mendapat pujian serta kritik bagus.
Lazimnya film trilogi, film ketiga selalu menampilkan cerita yang menjadi konklusi ataupun ending. Bagaimana akhir dari kisah perjalanan perselisihan antara manusia dengan para kera melalui War for the Planet of the Apes ini? Silakan disimak sendiri.
8,5/10
Apes. Together. Strong.
Saturday, July 22, 2017
DUNKIRK
Dunkirk, sebuah karya terbaru dari Christopher Nolan, sutradara kawakan yang prestasinya tak perlu dipertanyakan lagi. Sineas ini kerap dikenal dengan menampilkan cerita-cerita yang unik, berbau science dan penuh akan twist. Itu bisa dilihat pada Memento, Inception, Interstellar, dll. Nah kali ini di luar kepakemanannya, Nolan menghadirkan sebuah cerita yang dilatar belakangi dari kisah nyata (based on historical events), yaitu tentang prajurit sekutu yang terjebak di pesisir pantai Dunkirk, Perancis oleh pasukan NAZI Jerman. Dalam kecemasannya, mereka berharap akan datang bantuan bahkan mukjizat demi keselamatan nyawa mereka.
Setelah menyaksikan film ini, satu hal yang dapat saya pastikan adalah bahwa film ini mengambil tiga sudut pandang yang berbeda. Yaitu pantai, laut dan udara. Oleh karena itu sangat disarankan bagi kalian untuk jangan sampai datang terlambat masuk ke dalam studio. Karena informasi yang diberikan di awal film sangat penting. Penonton akan diminta untuk tetap fokus memperhatikan masing-masing sudut pandang tersebut yang pada akhirnya nanti akan menyatu menjadi rangkaian alur kisah yang memberikan konklusi. Resiko dari film jenis seperti ini adalah penonton tentu akan merasa bingung dan repot untuk memahami. Terlebih lagi pengambilan gambarnya yang menggunakan shaky camera, makin membuat penonton serasa mabuk laut. Bila sudah begini, istirahatlah sesekali dengan memejamkan mata dan menggerakkan leher.
Dunkirk sebuah film yang tergolong singkat. Namun tanpa basa-basi langsung tancap gas sejak awal tanpa memberikan kesempatan kepada penonton untuk bernafas. Mulai dari aksi tembak-tembakan, pengeboman sampai dengan suasana mencekam layaknya benar-benar berada di zona perang. Dengan iringan scoring yang luar biasa dari seorang Hans Zimmer menambah kekelaman yang ada, walaupun sebenarnya terkadang ada yang tidak pas pada tempatnya. Sinematografi tak perlu diragukan, mantap!
Secara teknis film ini oke. Namun untuk cerita dan pengembangan karakter, terlampau biasa. Dialog serta penjiwaan yang terasa datar. Perpindahan scene dari sudut pandang yang satu ke sudut pandang yang lain tak jarang justru makin membuat penonton capek berpikir yang akhirnya membawa ke arah kebosanan. So, usahakan menonton film ini dalam keadaan fresh.
7/10
Malas menonton film ini untuk kedua atau ketiga kalinya. Cukup sekali saja.
Setelah menyaksikan film ini, satu hal yang dapat saya pastikan adalah bahwa film ini mengambil tiga sudut pandang yang berbeda. Yaitu pantai, laut dan udara. Oleh karena itu sangat disarankan bagi kalian untuk jangan sampai datang terlambat masuk ke dalam studio. Karena informasi yang diberikan di awal film sangat penting. Penonton akan diminta untuk tetap fokus memperhatikan masing-masing sudut pandang tersebut yang pada akhirnya nanti akan menyatu menjadi rangkaian alur kisah yang memberikan konklusi. Resiko dari film jenis seperti ini adalah penonton tentu akan merasa bingung dan repot untuk memahami. Terlebih lagi pengambilan gambarnya yang menggunakan shaky camera, makin membuat penonton serasa mabuk laut. Bila sudah begini, istirahatlah sesekali dengan memejamkan mata dan menggerakkan leher.
Dunkirk sebuah film yang tergolong singkat. Namun tanpa basa-basi langsung tancap gas sejak awal tanpa memberikan kesempatan kepada penonton untuk bernafas. Mulai dari aksi tembak-tembakan, pengeboman sampai dengan suasana mencekam layaknya benar-benar berada di zona perang. Dengan iringan scoring yang luar biasa dari seorang Hans Zimmer menambah kekelaman yang ada, walaupun sebenarnya terkadang ada yang tidak pas pada tempatnya. Sinematografi tak perlu diragukan, mantap!
Secara teknis film ini oke. Namun untuk cerita dan pengembangan karakter, terlampau biasa. Dialog serta penjiwaan yang terasa datar. Perpindahan scene dari sudut pandang yang satu ke sudut pandang yang lain tak jarang justru makin membuat penonton capek berpikir yang akhirnya membawa ke arah kebosanan. So, usahakan menonton film ini dalam keadaan fresh.
7/10
Malas menonton film ini untuk kedua atau ketiga kalinya. Cukup sekali saja.
Saturday, July 15, 2017
Obrol Santai Bareng Tim Jurnalis Detikcom
Sekitar jam 8 malam (Jumat, 14/7/2017) kemarin saya memenuhi undangan dari Diskominfo Provinsi Kalimantan Tengah untuk ngobrol santai dengan tim jurnalis Detikcom yang (ternyata) sudah beberapa hari ini berada di Kota Palangka Raya untuk meliput terkait rencana pemindahan ibu kota RI ke Palangka Raya. Yang diundang tidak hanya saya sendiri. Tapi juga ada beberapa kawan-kawan dari berbagai media.
Dari obrol-obrol, yang dapat saya tangkap adalah tim jurnalis dari situs portal berita nomor 1 di Indonesia ini sangat kagum dengan kehangatan, keramahan, keberagaman dan toleransi yang ada di Palangka Raya. Sesuatu yang mesti kita viralkan agar dapat diketahui juga oleh orang-orang lain di luar sana. Karena poin keberagaman dan toleransi itulah yang membuat Palangka Raya semakin dilirik dan dilihat oleh pihak maupun daerah-daerah lain. Bahkan kalau bisa kedua poin tersebut haruslah menjadi jati diri yang permanen bagi Palangka Raya itu sendiri, dimana kota ini sudah dikenal sebagai Bumi Pancasila.
Sungguh, melalui obrol-obrol santai ini banyak informasi dan ilmu yang didapat.
Dan, sebelum pulang saya beserta teman-teman sempat diwawancarai oleh tim Detikcom. Hanya sebuah wawancara singkat dimana mereka meminta saya untuk memberikan tanggapan tentang keberagaman dan toleransi yang ada di Kota Palangka Raya.
Dari obrol-obrol, yang dapat saya tangkap adalah tim jurnalis dari situs portal berita nomor 1 di Indonesia ini sangat kagum dengan kehangatan, keramahan, keberagaman dan toleransi yang ada di Palangka Raya. Sesuatu yang mesti kita viralkan agar dapat diketahui juga oleh orang-orang lain di luar sana. Karena poin keberagaman dan toleransi itulah yang membuat Palangka Raya semakin dilirik dan dilihat oleh pihak maupun daerah-daerah lain. Bahkan kalau bisa kedua poin tersebut haruslah menjadi jati diri yang permanen bagi Palangka Raya itu sendiri, dimana kota ini sudah dikenal sebagai Bumi Pancasila.
Sungguh, melalui obrol-obrol santai ini banyak informasi dan ilmu yang didapat.
Dan, sebelum pulang saya beserta teman-teman sempat diwawancarai oleh tim Detikcom. Hanya sebuah wawancara singkat dimana mereka meminta saya untuk memberikan tanggapan tentang keberagaman dan toleransi yang ada di Kota Palangka Raya.
Wednesday, July 05, 2017
SPIDER-MAN: HOMECOMING
Spidey is back! Reboot kedua dari kisah petualangan Peter Parker kali ini terasa lebih spesial dibandingkan reboot sebelumnya. Kenapa? Hal ini bermula dari tanggal bersejarah bagi insan penggemar komik superhero, yaitu 10 Februari 2015 kemarin, di mana Spider-Man diwakili oleh pihak Sony Studio akhirnya secara resmi menyatakan gabung dengan Marvel Studio dan berhak masuk ke dalam Marvel Cinematic Universe (MCU). Bergabungnya Spider-Man ke MCU tentunya buah dari proses negosiasi dan tarik ulur yang alot. Antusias Marvel Studio menyambut Spider-Man ditandai dengan langsung dihadirkannya Spider-Man dalam Captain America: Civil War. Sebuah perkenalan yang tepat momennya. Dan momen tersebut dikembangkan dengan merilis sebuah film reboot Spider-Man, yang diberi sub judul: Homecoming.
Spider-Man: Homecoming yang kali ini diperankan oleh aktor muda baru berusia 19 tahun Tom Holland, mengambil lini masa pasca kejadian dalam Captain America: Civil War. Secara garis besar, ceritanya berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir. Alur terasa cepat, namun tetap dituturkan secara konsisten tanpa terbata-bata serta aman tanpa adanya lubang plot. Menjadi kebiasaan bagi film-filmnya Disney, dialog-dialog tampil cukup cerdas dengan pendalaman karakter protagonis yang maksimal. Dan tentu saja disisipi dengan beberapa adegan jenaka yang menggelitik dan mengundang tawa renyah. Dari segi aksi, penonton akan dimanjakan dengan CGI dan spesial efek yang halus nyaris tanpa cela.
Tom Holland layak diberikan jempol karena berhasil memerankan seorang Peter Parker remaja yang masih berusia 15 tahun. Melalui aktingnya Ia mampu menerjemah dan mengaplikasikan bagaimana kepolosan dan keluguan dari seorang bocah yang masih memiliki emosi labil, walaupun pada akhirnya berusaha untuk dapat berpikir dan bertindak dewasa. Pujian juga layak disematkan kepada Michael Keaton yang mendapatkan jatah antagonis/villain, yakni Vulture. Nama Michael Keaton, yang pernah berperan sebagai Batman dalam film Batman-nya Tim Burton (1989), tak perlu diragukan lagi kualitasnya.
Akhir kata, dari keseluruhan franchise Spider-Man yang ada, Spider-Man: Homecoming sukses menampilkan style dan feel yang baru dan menyegarkan. Menjadi sebuah pijakan awal yang bagus bagi lahirnya kembali superhero yang kita cintai dan sayangi ini. Dan juga menjadi sentilan keras bagi Sony Studio bahwa seperti inilah cara membuat film Spider-Man yang baik dan benar.
8/10
Sempat khawatir mengingat pada tiap poster Spider-Man: Homecoming selalu saja disertai dengan kemunculan Iron Man. Khawatir karena Iron Man justru akan lebih mencuri perhatian ketimbang Spider-Man itu sendiri. Untunglah hal tersebut tidak terjadi. Tampil minor, namun Iron Man memberikan peranan yang begitu besar.
Tambahan:
Akan ada dua buah adegan tambahan (mid-credit dan post-credit). Pada mid-credit adegannya berupa hint villain selanjutnya (menandakan film ini akan ada sekuel!). Sedangkan pada post-credit adegannya berupa, ah, gak penting banget pokoknya. Abaikan saja.
Spider-Man: Homecoming yang kali ini diperankan oleh aktor muda baru berusia 19 tahun Tom Holland, mengambil lini masa pasca kejadian dalam Captain America: Civil War. Secara garis besar, ceritanya berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir. Alur terasa cepat, namun tetap dituturkan secara konsisten tanpa terbata-bata serta aman tanpa adanya lubang plot. Menjadi kebiasaan bagi film-filmnya Disney, dialog-dialog tampil cukup cerdas dengan pendalaman karakter protagonis yang maksimal. Dan tentu saja disisipi dengan beberapa adegan jenaka yang menggelitik dan mengundang tawa renyah. Dari segi aksi, penonton akan dimanjakan dengan CGI dan spesial efek yang halus nyaris tanpa cela.
Tom Holland layak diberikan jempol karena berhasil memerankan seorang Peter Parker remaja yang masih berusia 15 tahun. Melalui aktingnya Ia mampu menerjemah dan mengaplikasikan bagaimana kepolosan dan keluguan dari seorang bocah yang masih memiliki emosi labil, walaupun pada akhirnya berusaha untuk dapat berpikir dan bertindak dewasa. Pujian juga layak disematkan kepada Michael Keaton yang mendapatkan jatah antagonis/villain, yakni Vulture. Nama Michael Keaton, yang pernah berperan sebagai Batman dalam film Batman-nya Tim Burton (1989), tak perlu diragukan lagi kualitasnya.
Akhir kata, dari keseluruhan franchise Spider-Man yang ada, Spider-Man: Homecoming sukses menampilkan style dan feel yang baru dan menyegarkan. Menjadi sebuah pijakan awal yang bagus bagi lahirnya kembali superhero yang kita cintai dan sayangi ini. Dan juga menjadi sentilan keras bagi Sony Studio bahwa seperti inilah cara membuat film Spider-Man yang baik dan benar.
8/10
Sempat khawatir mengingat pada tiap poster Spider-Man: Homecoming selalu saja disertai dengan kemunculan Iron Man. Khawatir karena Iron Man justru akan lebih mencuri perhatian ketimbang Spider-Man itu sendiri. Untunglah hal tersebut tidak terjadi. Tampil minor, namun Iron Man memberikan peranan yang begitu besar.
Tambahan:
Akan ada dua buah adegan tambahan (mid-credit dan post-credit). Pada mid-credit adegannya berupa hint villain selanjutnya (menandakan film ini akan ada sekuel!). Sedangkan pada post-credit adegannya berupa, ah, gak penting banget pokoknya. Abaikan saja.
Thursday, June 22, 2017
TRANSFORMERS: THE LAST KNIGHT
Menonton Transformers itu ibarat menonton pertandingan sepak bola timnas. Kita sudah tahu hasilnya akan jelek, tapi tetap saja kukuh untuk membeli tiket dan menontonnya. Well, maafkan saya jika analogi di atas terdengar cukup kasar. Tapi kenyataannya memang berbicara seperti itu. Makin ke belakang kualitas film-film Transformers makin menyedihkan dan mengecewakan. Bahkan mendapatkan kritikan yang tajam sampai dengan caci maki. Namun anehnya, walau seperti itu film ini selalu masuk dalam box office, yang diartikan memperoleh jumlah penonton dan pendapatan yang luar biasa. Dan itu belum termasuk keuntungan lainnya seperti merchandise, dll. Tak bisa dipungkiri, ditilik dari sisi lain Transformers merupakan salah satu franchise terbesar dan tergemilang Hollywood.
Sekuel keempatnya kali ini, Transformers: The Last Knight, juga bisa disebut kurang memuaskan. Mungkin kalo bahasa teknisnya film ini masuk dalam kategori "popcorn movie". Di mana di dalamnya tidak ada alur cerita, momen maupun drama yang penting. Pesan-pesan yang disampaikan juga tidak terlihat secara eksplisit. Adegan-adegan aksi selalu mengalami pengulangan seperti terdahulunya (tak ada kejutan baru). Dan ditambah lagi dengan durasinya yang terlalu kelamaan. Transformers: The Last Knight ini dapat dibilang sebagai sebuah tontonan sekadar penghibur saja yang menawarkan aksi pertarungan antar robot dan ledakan demi ledakan yang memanjakan mata penonton. Namun satu poin plus yang ada dalam film ini adalah penggabungan antara science fiction dengan sejarah, yakni kisah legenda dari daratan Inggris, yaitu King Arthur. Cukup menarik.
Franchise ini sudah berada pada titik jenuh. Dan rasanya sudah layak untuk diremajakan kembali. Bisa berupa reboot, remake, dll. Terserah mau pakai cara apa. Tak mungkin franchise besar ini dihentikan begitu saja karena pihak studio menyadari sekali bahwa menghentikan franchise ini sama saja artinya dengan menutup ladang duit. Dan faktor terpenting dalam peremajaan film ini adalah sang sutradara. Saya rasa Michael Bay sudah cukup perannya sampai di sini.
Transformers: The Last Knight sepertinya akan menjadi film Transformers terakhir yang saya tonton di bioskop. Saya sudah merasa ogah untuk menyaksikan sekuelnya lagi.
Akhir kata, sangat disarankan menonton film ini dengan penuh rasa ikhlas tanpa harus kecewa dan merasa rugi karena telah mengeluarkan duit membeli tiket. Pokoknya enjoy saja. Terlebih bila menontonnya bersama gebetan atau pasangan.
5/10
Sekuel keempatnya kali ini, Transformers: The Last Knight, juga bisa disebut kurang memuaskan. Mungkin kalo bahasa teknisnya film ini masuk dalam kategori "popcorn movie". Di mana di dalamnya tidak ada alur cerita, momen maupun drama yang penting. Pesan-pesan yang disampaikan juga tidak terlihat secara eksplisit. Adegan-adegan aksi selalu mengalami pengulangan seperti terdahulunya (tak ada kejutan baru). Dan ditambah lagi dengan durasinya yang terlalu kelamaan. Transformers: The Last Knight ini dapat dibilang sebagai sebuah tontonan sekadar penghibur saja yang menawarkan aksi pertarungan antar robot dan ledakan demi ledakan yang memanjakan mata penonton. Namun satu poin plus yang ada dalam film ini adalah penggabungan antara science fiction dengan sejarah, yakni kisah legenda dari daratan Inggris, yaitu King Arthur. Cukup menarik.
Franchise ini sudah berada pada titik jenuh. Dan rasanya sudah layak untuk diremajakan kembali. Bisa berupa reboot, remake, dll. Terserah mau pakai cara apa. Tak mungkin franchise besar ini dihentikan begitu saja karena pihak studio menyadari sekali bahwa menghentikan franchise ini sama saja artinya dengan menutup ladang duit. Dan faktor terpenting dalam peremajaan film ini adalah sang sutradara. Saya rasa Michael Bay sudah cukup perannya sampai di sini.
Transformers: The Last Knight sepertinya akan menjadi film Transformers terakhir yang saya tonton di bioskop. Saya sudah merasa ogah untuk menyaksikan sekuelnya lagi.
Akhir kata, sangat disarankan menonton film ini dengan penuh rasa ikhlas tanpa harus kecewa dan merasa rugi karena telah mengeluarkan duit membeli tiket. Pokoknya enjoy saja. Terlebih bila menontonnya bersama gebetan atau pasangan.
5/10
Friday, June 09, 2017
KRKT CENDOKUR (CENDOLIN 2017) YUK!
Pada hari Jumat, tanggal 9 Juni 2017, Kaskus Regional Kalimantan Tengah (KRKT) menggelar aksi bagi-bagi cendol secara gratis yang diberi tajuk "KRKT CENDOKUR (CENDOLIN 2017) YUK!" Ini merupakan rutinitas tahunan yang diadakan oleh Kaskus Pusat dalam rangka bulan suci Ramadan. Kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 2015 kemarin dan melibatkan seluruh regional yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Bukan hanya Indonesia, tetapi juga sampai ke luar negeri (Malaysia). Nah, untuk tahun ini selain membagikan cendol secara gratis, Kaskus juga membagikan donat dan kurma. Tentu saja ini sebuah bekal berbuka puasa yang sudah terbilang lumayan mengenyangkan perut.
Sekitar Pkl. 15.30 WIB, anggota KRKT tiba di titik kumpul yang telah disepakati, yaitu Taman Kota Yos Sudarso (seberang TVRI Kalimantan Tengah). Tak perlu membuang-buang waktu, semuanya langsung bergerak mempersiapkan segala macam persiapan. Mulai dari menuangkan cendol ke dalam gelas, memasukkan donat dan kurma ke dalam plastik terus membungkusnya, sampai dengan menentukan siapa yang bertugas membagikan cendol.
Tepat pada pukul 17.00 WIB, pembagian cendol, donat serta kurma gratis dimulai. Secara terkoodinasi anggota KRKT membagi-bagikan cendol, donat dan kurma kepada pengguna jalan yang melintas di Jl. Yos Sudarso. Tampak warga Kota Palangka Raya antusias dengan aksi ini. Saking antusiasnya, menyebabkan antrian yang cukup panjang. Untung saja tidak menyebabkan kemacetan. Hanya dalam kurun waktu selama 15 menit, 200 gelas cendol, 200 donat dan 200 kurma ludes tak bersisa. Sukses!
Waktu yang tersisa dipakai untuk beristirahat santai sejenak sambil menunggu adzan magrib berkumandang alias beduk masjid tanda waktunya buka puasa. Selepas melepas dahaga dengan menikmati minuman cendol yang memang sengaja disisakan untuk panitia dan anggota KRKT, akhirnya anggota KRKT membubarkan diri. Ada yang langsung pulang ke rumah, dan ada juga yang melanjutkan dengan makan bersama di warung makan terdekat.
Demikianlah aksi Cendolin 2017 yang dilakukan oleh KRKT. Tentunya pasti ada dong kekurangan di dalam pelaksanaan aksi tersebut. Namun secara keseluruhan, acara ini dapat berjalan lancar dan aman. Terima kasih sebesar-besarnya diucapkan kepada seluruh kawan-kawan anggota KRKT yang telah sudi meluangkan waktu untuk datang serta berpartisipasi dalam kegiatan ini. Saya selaku Aktivis Regional Kalteng juga mengucapkan terima kasih khusus kepada rekan-rekan dari Palangka Raya Clean Action, adik-adik dari SMK Negeri 2 Palangka Raya dan Es Dawet Ayu Family Khas Banjarnegara yang sudah turut membantu dalam kegiatan ini.
Akhir kata, sampai ketemu lagi pada kegiatan-kegiatan KRKT lainnya. Berbeda-beda tapi tetap nyendol juga!.
Sekitar Pkl. 15.30 WIB, anggota KRKT tiba di titik kumpul yang telah disepakati, yaitu Taman Kota Yos Sudarso (seberang TVRI Kalimantan Tengah). Tak perlu membuang-buang waktu, semuanya langsung bergerak mempersiapkan segala macam persiapan. Mulai dari menuangkan cendol ke dalam gelas, memasukkan donat dan kurma ke dalam plastik terus membungkusnya, sampai dengan menentukan siapa yang bertugas membagikan cendol.
Tepat pada pukul 17.00 WIB, pembagian cendol, donat serta kurma gratis dimulai. Secara terkoodinasi anggota KRKT membagi-bagikan cendol, donat dan kurma kepada pengguna jalan yang melintas di Jl. Yos Sudarso. Tampak warga Kota Palangka Raya antusias dengan aksi ini. Saking antusiasnya, menyebabkan antrian yang cukup panjang. Untung saja tidak menyebabkan kemacetan. Hanya dalam kurun waktu selama 15 menit, 200 gelas cendol, 200 donat dan 200 kurma ludes tak bersisa. Sukses!
Waktu yang tersisa dipakai untuk beristirahat santai sejenak sambil menunggu adzan magrib berkumandang alias beduk masjid tanda waktunya buka puasa. Selepas melepas dahaga dengan menikmati minuman cendol yang memang sengaja disisakan untuk panitia dan anggota KRKT, akhirnya anggota KRKT membubarkan diri. Ada yang langsung pulang ke rumah, dan ada juga yang melanjutkan dengan makan bersama di warung makan terdekat.
Demikianlah aksi Cendolin 2017 yang dilakukan oleh KRKT. Tentunya pasti ada dong kekurangan di dalam pelaksanaan aksi tersebut. Namun secara keseluruhan, acara ini dapat berjalan lancar dan aman. Terima kasih sebesar-besarnya diucapkan kepada seluruh kawan-kawan anggota KRKT yang telah sudi meluangkan waktu untuk datang serta berpartisipasi dalam kegiatan ini. Saya selaku Aktivis Regional Kalteng juga mengucapkan terima kasih khusus kepada rekan-rekan dari Palangka Raya Clean Action, adik-adik dari SMK Negeri 2 Palangka Raya dan Es Dawet Ayu Family Khas Banjarnegara yang sudah turut membantu dalam kegiatan ini.
Akhir kata, sampai ketemu lagi pada kegiatan-kegiatan KRKT lainnya. Berbeda-beda tapi tetap nyendol juga!.
Thursday, June 08, 2017
THE MUMMY
Semenjak Marvel Studio sukses dengan menciptakan alur Marvel Cinematic Universe (MCU)-nya, beberapa studio dan produser besar Hollywood langsung terbelalak dan melihat ini sebagai peluang bisnis yang menggiurkan. Dan akhirnya Warner Bros turut serta dengan DC Extended Universe (DCEU)-nya. Tak ketinggalan Legendary Pictures yang ikut bersaing dengan ide menggabungkan antara King Kong dan Godzilla dalam suatu wadah bernama MonsterVerse. Dan kali ini yang paling terbaru adalah Dark Universe, sebuah usaha miliknya Universal Studios yang mengambil konsep karakter/monster/mahluk dari film-film horor klasik yang pernah ada dalam Universal Studios. Seperti Dracula, Frankenstein, Mummy, Invisible Man, Wolfman, Phantom of the Opera, Creature from the Black Lagoon, dan masih banyak lagi. The Mummy yang rilis mulai Rabu (7/6/2017) kemarin di wilayah Indonesia diberi kepercayaan sebagai film pembuka dalam alur Dark Universe.
Film yang disutradarai oleh Alex Kurtzman dan dibintangi oleh aktor besar seperti Tom Cruise, Russell Crowe dan Sofia Boutella ini memang sebuah reboot dari film dengan judul yang sama tahun 1997 silam. Yang bikin beda adalah kali ini gender Mummy-nya yang mengambil sosok wanita. Selain itu, versi rebootnya lebih mengedepankan unsur horor, walaupun masih tetap dalam nuansa action. Berbeda dengan versi terdahulu (diperankan Brendan Fraser, Rachel Weisz) yang memang lebih ke arah action comedy. Jadi siap-siap saja dengan beberapa jump scare yang dapat membuat jantung penonton berhenti dalam sekian detik.
Secara keseluruhan, bagi saya The Mummy cukup layak buat ditonton. Tom Cruise, seorang aktor yang sangat menjual dengan kharismanya itu, tampil oke dan prima mengingat usianya yang tak muda lagi. Namun dalam film ini, jujur kita masih melihat Tom Cruise yang identik dengan Ethan Hunt dalam seri Mission Impossible. Susah melepaskan bayang-bayang itu. Beberapa kelemahan dalam film ini mungkin adalah kurang menyatunya hubungan antar karakter, proses editing antar scene-nya yang terasa janggal, beberapa aksi yang kurang greget, dan lain-lainnya. Tapi apapun itu semua, The Mummy masih bisa dibilang solid sebagai sebuah origin story serta film pembuka dari Dark Universe mengingat banyak sekali nama-nama besar yang terlibat di dalamnya. Cukup menarik untuk diikuti dan melihat sepak terjang Dark Universe ke depannya.
6,5/10
Setelah The Mummy, akan diteruskan dengan Bride of Frankenstein yang rencananya rilis pada Februari 2019.
Film yang disutradarai oleh Alex Kurtzman dan dibintangi oleh aktor besar seperti Tom Cruise, Russell Crowe dan Sofia Boutella ini memang sebuah reboot dari film dengan judul yang sama tahun 1997 silam. Yang bikin beda adalah kali ini gender Mummy-nya yang mengambil sosok wanita. Selain itu, versi rebootnya lebih mengedepankan unsur horor, walaupun masih tetap dalam nuansa action. Berbeda dengan versi terdahulu (diperankan Brendan Fraser, Rachel Weisz) yang memang lebih ke arah action comedy. Jadi siap-siap saja dengan beberapa jump scare yang dapat membuat jantung penonton berhenti dalam sekian detik.
Secara keseluruhan, bagi saya The Mummy cukup layak buat ditonton. Tom Cruise, seorang aktor yang sangat menjual dengan kharismanya itu, tampil oke dan prima mengingat usianya yang tak muda lagi. Namun dalam film ini, jujur kita masih melihat Tom Cruise yang identik dengan Ethan Hunt dalam seri Mission Impossible. Susah melepaskan bayang-bayang itu. Beberapa kelemahan dalam film ini mungkin adalah kurang menyatunya hubungan antar karakter, proses editing antar scene-nya yang terasa janggal, beberapa aksi yang kurang greget, dan lain-lainnya. Tapi apapun itu semua, The Mummy masih bisa dibilang solid sebagai sebuah origin story serta film pembuka dari Dark Universe mengingat banyak sekali nama-nama besar yang terlibat di dalamnya. Cukup menarik untuk diikuti dan melihat sepak terjang Dark Universe ke depannya.
6,5/10
Setelah The Mummy, akan diteruskan dengan Bride of Frankenstein yang rencananya rilis pada Februari 2019.
Thursday, June 01, 2017
WONDER WOMAN
Wonder Woman is Gal Gadot. And Gal Gadot is Wonder Woman. Perempuan asal Israel berdarah Yahudi ini tak bisa dipungkiri lagi betul-betul berhasil menyatu dengan karakter dan jiwa Diana Prince, salah satu trinity dalam skuad Justice League. Siapa yang tak menyangka. Beberapa tahun sebelumnya saat Gal Gadot ditunjuk sebagai pemeran Wonder Woman banyak suara-suara sumbang yang meragukan kemampuan dan kapasitas gadis yang sempat terpilih menjadi Miss Israel 2004 ini untuk memerankan tokoh ikonik tersebut. Namun pada akhirnya, penampilan Gal Gadot dalam Batman v Superman: Dawn of Justice berhasil mencuri perhatian dan mematahkan keraguan orang-orang, khususnya fanboy. Dan kejutan ternyata berlanjut pada film Wonder Woman yang saya tonton kemarin. What can I say? Kecantikan, karisma dan pesonanya semakin berbinar. Dalam segi aksi, pengalaman Gal Gadot yang sempat bergabung dan ditempa dalam Israeli Defence Forces (IDF, TNI-nya Israel) sangat mendukung dirinya untuk melakukan beberapa adegan dalam film secara gesit dan luwes. Sudah selayaknya kita memuja perempuan tangguh ini.
Wonder Woman adalah film ke-empat dalam alur DC Extended Universe (DCEU). Sebelumnya ada Man of Steel, Batman v Superman: Dawn of Justice dan Suicide Squad. Ketiga film ini memiliki kesamaan. Yaitu gagal dan mendapat kritikan serta review negatif nan pedas. Hal ini diakibatkan mulai dari terlalu banyaknya campur tangan pihak studio, kontinuitas cerita yang membingungkan, terlalu serius, terkesan gloomy sampai dengan gelap. Nah, poin inilah yang dilihat oleh sutradara Wonder Woman, yakni Patty Jenkins. Dengan berbagai perubahan yang cukup signifikan dan tak mau terjebak dengan film-film DCEU sebelumnya, Wonder Woman berhasil menjadi sebuah tontonan yang apik dan epik! Cukup simple dengan editing yang baik. Gampang dimengerti tanpa harus berpikir keras. Filmnya terlihat natural, terlebih lagi disisipi dengan sisi humor yang jenaka, membuat penonton semakin terbius dan jatuh cinta dengan keluguan dari seorang Wonder Woman. Secara cerita, film ini mengambil konsep origin story. Dimana menjelaskan secara detail asal usul Diana Prince selaku pejuang dari suku Amazon hingga menjadi Wonder Woman.
Tak dapat disangkal lagi, Wonder Woman adalah film DCEU terbaik hingga saat ini! Semoga baik itu pihak DC maupun Warner Bros bisa memetik hikmah dari keberhasilan dan kesuksesan film Wonder Woman ini untuk dapat menampilkan film-film DCEU lainnya lebih bagus lagi sesuai dengan yang diharapkan. Dan ini juga menandakan bahwa persaingan antara DC dan Marvel kembali bergulir. Siapa yang diuntungkan? Tentunya kita selaku penonton.
8/10
Penampilan Gal Gadot masih bisa kita simak kembali dalam film Justice League yang rencananya tayang pada bulan November nanti.
Wonder Woman adalah film ke-empat dalam alur DC Extended Universe (DCEU). Sebelumnya ada Man of Steel, Batman v Superman: Dawn of Justice dan Suicide Squad. Ketiga film ini memiliki kesamaan. Yaitu gagal dan mendapat kritikan serta review negatif nan pedas. Hal ini diakibatkan mulai dari terlalu banyaknya campur tangan pihak studio, kontinuitas cerita yang membingungkan, terlalu serius, terkesan gloomy sampai dengan gelap. Nah, poin inilah yang dilihat oleh sutradara Wonder Woman, yakni Patty Jenkins. Dengan berbagai perubahan yang cukup signifikan dan tak mau terjebak dengan film-film DCEU sebelumnya, Wonder Woman berhasil menjadi sebuah tontonan yang apik dan epik! Cukup simple dengan editing yang baik. Gampang dimengerti tanpa harus berpikir keras. Filmnya terlihat natural, terlebih lagi disisipi dengan sisi humor yang jenaka, membuat penonton semakin terbius dan jatuh cinta dengan keluguan dari seorang Wonder Woman. Secara cerita, film ini mengambil konsep origin story. Dimana menjelaskan secara detail asal usul Diana Prince selaku pejuang dari suku Amazon hingga menjadi Wonder Woman.
Tak dapat disangkal lagi, Wonder Woman adalah film DCEU terbaik hingga saat ini! Semoga baik itu pihak DC maupun Warner Bros bisa memetik hikmah dari keberhasilan dan kesuksesan film Wonder Woman ini untuk dapat menampilkan film-film DCEU lainnya lebih bagus lagi sesuai dengan yang diharapkan. Dan ini juga menandakan bahwa persaingan antara DC dan Marvel kembali bergulir. Siapa yang diuntungkan? Tentunya kita selaku penonton.
8/10
Penampilan Gal Gadot masih bisa kita simak kembali dalam film Justice League yang rencananya tayang pada bulan November nanti.
Tuesday, May 23, 2017
Penghargaan dari Mongabay Indonesia
Saat sesi talk show di @america, Pacific Place Mall lt. III |
Adapun saya mendapatkan penghargaan tersebut karena pihak Mongabay Indonesia melihat dan menganggap bahwa saya berperan penting dalam penyampaian informasi saat Kalimantan Tengah, khususnya Kota Palangka Raya, dilanda kabut asap yang hebat tahun 2015 kemarin. Foto-foto seputar kabut dan kebakaran hutan yang saya posting melalui akun Twitter @infoplk ternyata justru dapat membuka mata orang-orang di luar, termasuk media, akan kondisi sebenarnya bahwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalimantan Tengah sudah demikian parahnya.
Tampak juga pada foto di atas adalah Tuan Guru Hasanain Juaini (mengenakan peci) dan Prof. Tukirin Partomihardjo, di mana kedua orang ini memang dapat dikatakan sebagai pakar lingkungan yang sudah banyak melakukan penelitian dan riset.
Berita lebih lanjut terkait Mongabay Indonesia 5th Anniversary bisa diakses dan baca di:
Mongabay Indonesia Genap 5 Tahun: Terima kasih atas Dukungan Para Pembaca
Foto: Kemeriahan Perayaan HUT ke-5 Mongabay Indonesia
Wednesday, May 10, 2017
ALIEN: COVENANT
Alien: Covenant merupakan sekuel dari Prometheus yang rilis tahun 2012 kemarin. Ridley Scott
(sang sutradara) sendiri telah mencanangkan bahwa baik itu Prometheus
maupun Alien: Covenant merupakan bagian dari trilogi. Itu artinya akan
ada sebuah sekuel lagi setelah Alien: Covenant. Asal diketahui saja,
trilogi ini mengambil lini masa sebelum kejadian yang ada pada Alien (1979), sebuah film science-fiction/thriller yang juga milik Ridley Scott dimana sangat laris manis dan menjadi fenomena pada zamannya.
Sebelum menyaksikan Alien: Covenant, saya sarankan untuk menonton Prometheus terlebih dahulu. Agar tidak bingung atau melongo-ria saking tak mengerti. Sebab jalan cerita Alien: Covenant memiliki keterkaitan dengan pendahulunya. Secara keseluruhan, Alien: Covenant kurang lebih mengambil "pace" yang sama dengan Prometheus. Yang bikin berbeda Alien: Covenant lebih banyak diisi aksi, ketegangan yang cukup mendebarkan dan adegan-adegan yang bisa bikin mual. Kenapa mual? Karena tak lazim menampakkan kebrutalan nan jijik dan juga pemandangan darah di mana-mana.
Memakan durasi 2 jam pas, dan cerita yang tak ke mana-mana, harusnya sih Alien: Covenant wajib untuk ditonton. Tapi sayang, film ini sepertinya masih belum bisa mendobrak minat dari non-fans.
7/10
Sebelum menyaksikan Alien: Covenant, saya sarankan untuk menonton Prometheus terlebih dahulu. Agar tidak bingung atau melongo-ria saking tak mengerti. Sebab jalan cerita Alien: Covenant memiliki keterkaitan dengan pendahulunya. Secara keseluruhan, Alien: Covenant kurang lebih mengambil "pace" yang sama dengan Prometheus. Yang bikin berbeda Alien: Covenant lebih banyak diisi aksi, ketegangan yang cukup mendebarkan dan adegan-adegan yang bisa bikin mual. Kenapa mual? Karena tak lazim menampakkan kebrutalan nan jijik dan juga pemandangan darah di mana-mana.
Memakan durasi 2 jam pas, dan cerita yang tak ke mana-mana, harusnya sih Alien: Covenant wajib untuk ditonton. Tapi sayang, film ini sepertinya masih belum bisa mendobrak minat dari non-fans.
7/10
Wednesday, April 26, 2017
GUARDIANS OF THE GALAXY VOL. 2
Sebuah unit penjaga galaksi miliknya Marvel kembali beraksi dengan sekuelnya yang mulai tayang di Indonesia per hari ini, Rabu 26 April 2017. Diberi titel Guardians of the Galaxy Vol. 2 (tanpa embel-embel sub judul). Jadi bingung mau cerita mulai dari mana. Sebab bagi saya film ini super duper bagus bangeeeet! Melebihi ekspektasi. Makin seru dan asyik dari seri pertamanya kemarin.
Sekuelnya kali ini tetap mengambil kisah perjalanan dan penjelajahan bagian terluar dari kosmos. Sedangkan inti ceritanya mengisahkan bagaimana Star-Lord setelah sekian lama berpisah akhirnya dapat bertemu dengan ayahnya, yang notabene adalah mahluk luar angkasa atau sebut saja alien. Pertemuan tersebut tentu saja membawa kebahagiaan bagi Star-Lord. Namun sayangnya, tersimpan kesedihan terlebih lagi saat mengetahui tentang kebenaran apa dan bagaimana sang ayah tersebut. Bersama rekan-rekannya, Star-Lord berupaya untuk mengungkap misteri gelap dari si ayah.
Secara keseluruhan, film ini menawarkan aksi dan petualangan yang memukau dan menyenangkan. Penonton hanyut terbawa oleh keasyikan yang mengalir dari awal hingga akhir tanpa henti. Kejenakaan baik tingkah laku maupun celetukan-celetukan pendek yang ditampilkan oleh berbagai karakter dalam film ini mampu mengocok perut penonton sembari tertawa renyah. Apalagi dengan adanya si Groot yang masih kecil dan imut itu, membawa kegemasan tersendiri bagi penonton. Sama seperti film sebelumnya, yang menjadi nilai plus dari Guardians of the Galaxy Vol. 2 ini adalah pemilihan lagu-lagunya yang bertema tahun '80-an. Luar biasa! Retro namun matching dengan settingan futuristik. Bila jeli, film ini menawarkan pesan yang begitu dalam dan bermakna. Yaitu tentang betapa penting dan berharganya dengan apa yang namanya "keluarga". Oh ya, di sini akan banyak cameo. Upayakan mata anda tetap fokus menyimak. Terakhir, film ini cocok ditonton oleh siapa saja.
So, tunggu apa lagi? Buruan ditonton filmnya!
8,5/10
Jangan beranjak dulu begitu filmnya selesai. Karena akan ada adegan tambahan/after credit. Bukan satu, dua, tiga atau empat. Melainkan lima! Silakan disimak. Karena banyak menampilkan clue/petunjuk untuk saga Marvel Cinematic Universe berikutnya (get ready for INFINITY WARS!). Juga bocoran karakter baru serta sekadar adegan yang lagi-lagi dikhususkan untuk membuat kita tertawa.
Sekuelnya kali ini tetap mengambil kisah perjalanan dan penjelajahan bagian terluar dari kosmos. Sedangkan inti ceritanya mengisahkan bagaimana Star-Lord setelah sekian lama berpisah akhirnya dapat bertemu dengan ayahnya, yang notabene adalah mahluk luar angkasa atau sebut saja alien. Pertemuan tersebut tentu saja membawa kebahagiaan bagi Star-Lord. Namun sayangnya, tersimpan kesedihan terlebih lagi saat mengetahui tentang kebenaran apa dan bagaimana sang ayah tersebut. Bersama rekan-rekannya, Star-Lord berupaya untuk mengungkap misteri gelap dari si ayah.
Secara keseluruhan, film ini menawarkan aksi dan petualangan yang memukau dan menyenangkan. Penonton hanyut terbawa oleh keasyikan yang mengalir dari awal hingga akhir tanpa henti. Kejenakaan baik tingkah laku maupun celetukan-celetukan pendek yang ditampilkan oleh berbagai karakter dalam film ini mampu mengocok perut penonton sembari tertawa renyah. Apalagi dengan adanya si Groot yang masih kecil dan imut itu, membawa kegemasan tersendiri bagi penonton. Sama seperti film sebelumnya, yang menjadi nilai plus dari Guardians of the Galaxy Vol. 2 ini adalah pemilihan lagu-lagunya yang bertema tahun '80-an. Luar biasa! Retro namun matching dengan settingan futuristik. Bila jeli, film ini menawarkan pesan yang begitu dalam dan bermakna. Yaitu tentang betapa penting dan berharganya dengan apa yang namanya "keluarga". Oh ya, di sini akan banyak cameo. Upayakan mata anda tetap fokus menyimak. Terakhir, film ini cocok ditonton oleh siapa saja.
So, tunggu apa lagi? Buruan ditonton filmnya!
8,5/10
Jangan beranjak dulu begitu filmnya selesai. Karena akan ada adegan tambahan/after credit. Bukan satu, dua, tiga atau empat. Melainkan lima! Silakan disimak. Karena banyak menampilkan clue/petunjuk untuk saga Marvel Cinematic Universe berikutnya (get ready for INFINITY WARS!). Juga bocoran karakter baru serta sekadar adegan yang lagi-lagi dikhususkan untuk membuat kita tertawa.
Wednesday, March 22, 2017
POWER RANGERS
Power Rangers! Siapa sih yang tidak kenal dengan unit superhero berkostum warna-warni yang sempat tayang di televisi swasta Indonesia ini. Sebuah tontonan favorit bagi generasi angkatan 90-an dan selalu ditunggu-tunggu tiap penayangannya. Dengan dirilisnya Power Rangers versi layar lebar di tahun 2017 ini sudah barang tentu disambut hangat oleh penggemar beratnya. Terutama dimanfaatkan untuk bernostalgia semasa kecil maupun remajanya dulu. Power Rangers, yang kali ini merupakan origin story dan direboot sehingga tak memiliki kaitan apa-apa dengan film pendahulunya, seharusnya dapat menjadi tontonan nostalgia yang "wah" serta luar biasa. Namun sayang, kurang dieksekusi dengan baik sehingga bagi saya Power Rangers hanya terkesan sebagai sebuah film yang biasa-biasa saja.
Secara umum, kelemahan ada pada penuturan jalan cerita (storyline). Padahal film ini ditangani oleh sineas Dean Israelite, yang sempat menyutradari film Project Almanac yang asyik itu. Memakan durasi yang panjang untuk menuju klimaks, lebih drama dan sepi aksi (kecuali sekitar 30 menit menjelang film usai), untung saja Power Rangers ini masih tetap enak diikuti karena diselipi dengan petualangan seru serta cipratan komedi apik yang sesekali dapat mengundang gelak tawa penonton. Pemilihan aktor/aktris yang berperan sebagai kelima jagoan menurut saya sudah bagus dan pas.
Bukan Power Rangers namanya bila tak menghadirkan pertarungan antara monster dan robot raksasa. Karena di sinilah selling pointnya. Kehadiran Megazord yang desainnya sangat keren, megah dan memukau itu jujur sempat membuat saya sedikit merinding.
Akhir kata, hanya rasa nostalgialah yang membuat orang-orang ingin menonton film ini. Menyaksikan film ini juga diperlukan kesabaran tingkat tinggi. Karena "Morphin Time" hanya muncul sekali saja dan itu ada menjelang penghujung film.
6,5/10
Ranger Pink cakep!
Secara umum, kelemahan ada pada penuturan jalan cerita (storyline). Padahal film ini ditangani oleh sineas Dean Israelite, yang sempat menyutradari film Project Almanac yang asyik itu. Memakan durasi yang panjang untuk menuju klimaks, lebih drama dan sepi aksi (kecuali sekitar 30 menit menjelang film usai), untung saja Power Rangers ini masih tetap enak diikuti karena diselipi dengan petualangan seru serta cipratan komedi apik yang sesekali dapat mengundang gelak tawa penonton. Pemilihan aktor/aktris yang berperan sebagai kelima jagoan menurut saya sudah bagus dan pas.
Bukan Power Rangers namanya bila tak menghadirkan pertarungan antara monster dan robot raksasa. Karena di sinilah selling pointnya. Kehadiran Megazord yang desainnya sangat keren, megah dan memukau itu jujur sempat membuat saya sedikit merinding.
Akhir kata, hanya rasa nostalgialah yang membuat orang-orang ingin menonton film ini. Menyaksikan film ini juga diperlukan kesabaran tingkat tinggi. Karena "Morphin Time" hanya muncul sekali saja dan itu ada menjelang penghujung film.
6,5/10
Ranger Pink cakep!
Wednesday, March 08, 2017
KONG: SKULL ISLAND
Kong: Skull Island merupakan film kedua dari "MonsterVerse", di mana sebelumnya pada tahun 2014 kemarin Warner Bros telah mengawalinya dengan Godzilla. Sesuai dengan judulnya, Kong: Skull Island sudah barang tentu menjadi ajang perkenalan untuk seekor primata raksasa yang bernama Kong. Saya rasa tidak ada satu pun orang di sini yang tidak tahu dengan karakter Kong ini. Karena memang Kong telah banyak dibuat versi filmnya, komiknya, permainannya, dll.
Kong: Skull Island mengambil cerita yang tidak sama dengan original story-nya. Bisa dimaklumi karena universe sudah berbeda. Namun tetap berpatokan dengan kisah sosok gorila raksasa yang tinggal di sebuah pulau tak terdeteksi dan ada tangan-tangan dari pihak luar yang mencoba untuk mengekplorasi pulau tersebut. Walaupun film ini dipenuhi dengan aktor dan aktris yang telah memiliki nama, tetap saja panggung utama ada pada diri Kong. Hal yang sepertinya memang disengaja oleh sang sutradara, Jordan Vogt-Roberts.
Ekspektasi yang datang dari orang-orang akan film Kong: Skull Island ini saya rasa bukanlah dari segi ceritanya. Namun justru dari penampakan visual akan sebesar apa, seseram apa, sebrutal apa dan sesadis apa Kong itu. Syukur hal tersebut dapat tergambarkan walaupun mungkin bagi beberapa orang kurang memuaskan. Pertarungan dan aksi-aksi Kong pada film ini bisa dikatakan cukup intens, megah, memukau serta memanjakan mata. Tak kalah dengan pertarungan maha dahsyat satu lawan satu antara Kong vs T-Rex tahun 2005 silam (film King Kong garapan Peter Jackson).
Kong: Skull Island sebuah tontonan yang layak disimak, juga sekaligus mengajak kita bernostalgia. Film ini saya rasa cukup aman untuk ditonton oleh anak-anak (tetap harus ditemani orang dewasa). Tak sabar rasanya untuk menunggu kelanjutannya, yakni Godzilla: King of the Monsters (2019). Dan juga puncak dari "MonsterVerse", yaitu Godzilla vs Kong yang rencananya dirilis pada tahun 2020 mendatang. Can't hardly wait!
7,5/10
Btw, ada adegan tambahan (after credit). Silakan tunggu sampai film benar-benar habis. Bila anda penggemar monster, maka adegan tambahan tersebut tentunya akan membuat anda menjerit histeris gembira!
Kong: Skull Island mengambil cerita yang tidak sama dengan original story-nya. Bisa dimaklumi karena universe sudah berbeda. Namun tetap berpatokan dengan kisah sosok gorila raksasa yang tinggal di sebuah pulau tak terdeteksi dan ada tangan-tangan dari pihak luar yang mencoba untuk mengekplorasi pulau tersebut. Walaupun film ini dipenuhi dengan aktor dan aktris yang telah memiliki nama, tetap saja panggung utama ada pada diri Kong. Hal yang sepertinya memang disengaja oleh sang sutradara, Jordan Vogt-Roberts.
Ekspektasi yang datang dari orang-orang akan film Kong: Skull Island ini saya rasa bukanlah dari segi ceritanya. Namun justru dari penampakan visual akan sebesar apa, seseram apa, sebrutal apa dan sesadis apa Kong itu. Syukur hal tersebut dapat tergambarkan walaupun mungkin bagi beberapa orang kurang memuaskan. Pertarungan dan aksi-aksi Kong pada film ini bisa dikatakan cukup intens, megah, memukau serta memanjakan mata. Tak kalah dengan pertarungan maha dahsyat satu lawan satu antara Kong vs T-Rex tahun 2005 silam (film King Kong garapan Peter Jackson).
Kong: Skull Island sebuah tontonan yang layak disimak, juga sekaligus mengajak kita bernostalgia. Film ini saya rasa cukup aman untuk ditonton oleh anak-anak (tetap harus ditemani orang dewasa). Tak sabar rasanya untuk menunggu kelanjutannya, yakni Godzilla: King of the Monsters (2019). Dan juga puncak dari "MonsterVerse", yaitu Godzilla vs Kong yang rencananya dirilis pada tahun 2020 mendatang. Can't hardly wait!
7,5/10
Btw, ada adegan tambahan (after credit). Silakan tunggu sampai film benar-benar habis. Bila anda penggemar monster, maka adegan tambahan tersebut tentunya akan membuat anda menjerit histeris gembira!
Wednesday, March 01, 2017
LOGAN
Logan berhasil menjadi penutup trilogi Wolverine yang cantik sekali. Memang sedikit sedih mendengar informasi bahwa Logan adalah film Wolverine terakhirnya Hugh Jackman. Namun keputusan ini telah diambil bulat oleh Hugh Jackman mengingat ia sendiri sudah mulai uzur dan juga agar fokus pada penyembuhan kanker kulit yang diidapnya.
Indonesia diberi kebanggaan untuk menayangkan film ini pertama kali dibandingkan negara-negara lainnya. Logan tayang di wilayah Nusantara mulai hari ini, tanggal 1 Maret 2017. Selepas menonton film ini, bisa saya katakan bahwa Logan tampil sebagai sebuah film superhero yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan film-film superhero lainnya. Lebih manusiawi, drama dan emosional. Bahkan dapat menguras air mata. Dan juga, adegan-adegan maupun setting yang ada di film ini terlihat sangat alami, terutama dilatari dengan pemandangan-pemandangan yang indah mulai dari gurun, pegunungan sampai dengan belantara hutan. Sebelumnya memang pihak studio sempat mengatakan bahwa film ini akan meminimkan penggunaan CGI maupun green screen. Dan ternyata itu berhasil! Bravo!
Filmnya sendiri mengisahkan Logan alias Wolverine, sesosok mutant tua yang mulai rapuh, bersama sang mentor atau gurunya yang sudah mengalami degenerasi kemampuan otak, yakni Charles Xavier (Professor X) bertualang untuk mengantarkan seorang gadis cilik mutant ke sebuah tempat bernama Eden. Banyak rintangan yang mesti dihadapi. Perjalanan ini juga nantinya akan membuka sebuah tabir rahasia kecil Logan/Wolverine.
Walaupun lebih mengutamakan drama, Logan juga kerap menampilan aksi-aksi kekerasan yang brutal serta mengumbar darah dimana-mana. Akan ada beberapa adegan yang bisa dikatakan sadis yang dapat membuat penonton merasa ngilu dan meringis. Oleh karena itu, film ini tak layak bila dikonsumsi oleh anak kecil atau setidaknya perlu didampingi orang tua. Soal akting, jangan pernah meragukan Hugh Jackman dan Patrick Stewart. Karena mereka sudah pada level sebagai aktor watak. Kredit plus layak disematkan kepada pendatang baru bernama Dafne Keen, di mana ia memerankan Laura dengan manisnya. Untuk plot cukup kuat. Sangat fokus kepada inti cerita. Jadi takkan ada plot-plot tidak penting atau bertele-tele yang bertebaran di sana-sini.
Pada akhirnya, Logan menjadi pemberhentian terakhir dari seorang Hugh Jackman, di mana ia telah memberikan kemampuannya yang luar biasa untuk berperan sebagai Wolverine selama 17 tahun (dimulai dari X-Men tahun 2000 silam). Bukanlah sebuah waktu yang pendek. Kita mesti mengucapkan terima kasih atas dedikasi Hugh Jackman yang telah membesarkan sosok karakter komik ternama miliknya Marvel ini. Tak pelak lagi, Hugh Jackman adalah Wolverine dan Wolverine adalah Hugh Jackman. Sudah merekat dan identik. So long.
9/10
Indonesia diberi kebanggaan untuk menayangkan film ini pertama kali dibandingkan negara-negara lainnya. Logan tayang di wilayah Nusantara mulai hari ini, tanggal 1 Maret 2017. Selepas menonton film ini, bisa saya katakan bahwa Logan tampil sebagai sebuah film superhero yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan film-film superhero lainnya. Lebih manusiawi, drama dan emosional. Bahkan dapat menguras air mata. Dan juga, adegan-adegan maupun setting yang ada di film ini terlihat sangat alami, terutama dilatari dengan pemandangan-pemandangan yang indah mulai dari gurun, pegunungan sampai dengan belantara hutan. Sebelumnya memang pihak studio sempat mengatakan bahwa film ini akan meminimkan penggunaan CGI maupun green screen. Dan ternyata itu berhasil! Bravo!
Filmnya sendiri mengisahkan Logan alias Wolverine, sesosok mutant tua yang mulai rapuh, bersama sang mentor atau gurunya yang sudah mengalami degenerasi kemampuan otak, yakni Charles Xavier (Professor X) bertualang untuk mengantarkan seorang gadis cilik mutant ke sebuah tempat bernama Eden. Banyak rintangan yang mesti dihadapi. Perjalanan ini juga nantinya akan membuka sebuah tabir rahasia kecil Logan/Wolverine.
Walaupun lebih mengutamakan drama, Logan juga kerap menampilan aksi-aksi kekerasan yang brutal serta mengumbar darah dimana-mana. Akan ada beberapa adegan yang bisa dikatakan sadis yang dapat membuat penonton merasa ngilu dan meringis. Oleh karena itu, film ini tak layak bila dikonsumsi oleh anak kecil atau setidaknya perlu didampingi orang tua. Soal akting, jangan pernah meragukan Hugh Jackman dan Patrick Stewart. Karena mereka sudah pada level sebagai aktor watak. Kredit plus layak disematkan kepada pendatang baru bernama Dafne Keen, di mana ia memerankan Laura dengan manisnya. Untuk plot cukup kuat. Sangat fokus kepada inti cerita. Jadi takkan ada plot-plot tidak penting atau bertele-tele yang bertebaran di sana-sini.
Pada akhirnya, Logan menjadi pemberhentian terakhir dari seorang Hugh Jackman, di mana ia telah memberikan kemampuannya yang luar biasa untuk berperan sebagai Wolverine selama 17 tahun (dimulai dari X-Men tahun 2000 silam). Bukanlah sebuah waktu yang pendek. Kita mesti mengucapkan terima kasih atas dedikasi Hugh Jackman yang telah membesarkan sosok karakter komik ternama miliknya Marvel ini. Tak pelak lagi, Hugh Jackman adalah Wolverine dan Wolverine adalah Hugh Jackman. Sudah merekat dan identik. So long.
9/10
Thursday, February 09, 2017
JOHN WICK: CHAPTER 2
John Wick: Chapter 2 tidak perlu direview dengan bahasa-bahasa yang rumit. Tapi cukup diapresiasi dengan sebuah tepuk tangan. Bila diibaratkan genre musik, maka John Wick: Chapter 2 adalah brutal death metal. Sekuelnya kali ini menampilkan rentetan aksi yang luar biasa memukau, sadis, seru, intens sembari diselingi dengan adegan-adegan berdarah dan penganiayaan yang bisa bikin penonton ngilu atau setidaknya mengernyitkan dahi sambil meringis.
Kegilaan yang ditawarkan di sekuelnya kali ini benar-benar sukses melampaui terdahulunya. Penonton diajak menahan nafas untuk mengikuti ketegangan-ketegangan yang tersaji tiap menitnya. Sebuah pengalaman yang spektakuler.
Adegan-adegan laga tangan kosong (hand-to-hand combat) yang hadir juga bukan sembarang laga. Namun itu penuh dengan berbagai gaya aliran bela diri. Mulai dari karate, judo sampai dengan jiu-jitsu. Dan yang menambah keren film ini adalah penampakan dari senjata-senjata canggih yang digunakan oleh John Wick, yang tentu saja masih diperankan secara apik oleh Keanu Reeves. Jujur, saya suka sekali dengan adegan di mana John Wick memilih berbagai perlengkapan senjata itu.
Secara cerita, John Wick: Chapter 2 sedikit lebih kompleks dibandingkan terdahulunya. Tapi tidak menjadi masalah karena masih dapat diurai penonton dengan gampang, karena alur berjalan apa adanya. John Wick selepas tuntas dendamnya dengan penjahat Rusia, kini mesti berurusan dengan gembong kriminal dunia Italia. Dan yang tak disangka adalah konflik dengan gembong Italia itu akhirnya menyeret John Wick pada konflik yang lebih luas lagi. Bukan hanya kota, benua, tapi dunia segera mengejar John Wick hanya untuk sekadar harga mahal dari sebuah sayembara.
Sebuah sekuel fantastis dari film berkategori B-Movie. Dan ingat, jangan ajak anak kecil untuk menonton film ini!
8/10
Kegilaan yang ditawarkan di sekuelnya kali ini benar-benar sukses melampaui terdahulunya. Penonton diajak menahan nafas untuk mengikuti ketegangan-ketegangan yang tersaji tiap menitnya. Sebuah pengalaman yang spektakuler.
Adegan-adegan laga tangan kosong (hand-to-hand combat) yang hadir juga bukan sembarang laga. Namun itu penuh dengan berbagai gaya aliran bela diri. Mulai dari karate, judo sampai dengan jiu-jitsu. Dan yang menambah keren film ini adalah penampakan dari senjata-senjata canggih yang digunakan oleh John Wick, yang tentu saja masih diperankan secara apik oleh Keanu Reeves. Jujur, saya suka sekali dengan adegan di mana John Wick memilih berbagai perlengkapan senjata itu.
Secara cerita, John Wick: Chapter 2 sedikit lebih kompleks dibandingkan terdahulunya. Tapi tidak menjadi masalah karena masih dapat diurai penonton dengan gampang, karena alur berjalan apa adanya. John Wick selepas tuntas dendamnya dengan penjahat Rusia, kini mesti berurusan dengan gembong kriminal dunia Italia. Dan yang tak disangka adalah konflik dengan gembong Italia itu akhirnya menyeret John Wick pada konflik yang lebih luas lagi. Bukan hanya kota, benua, tapi dunia segera mengejar John Wick hanya untuk sekadar harga mahal dari sebuah sayembara.
Sebuah sekuel fantastis dari film berkategori B-Movie. Dan ingat, jangan ajak anak kecil untuk menonton film ini!
8/10
Tuesday, January 17, 2017
JASAD Mengguncang Palangka Raya!
Dalam event bertajuk METAL VS ROCK #2 yang dihelat pada hari Sabtu tanggal 14 Januari 2017 kemarin JASAD kembali mengguncang kota Palangka Raya untuk kedua kalinya. Sebelumnya pernah dilakukan JASAD pada bulan Desember 2010, kurang lebih enam tahun silam dalam sebuah event yang juga diprakarsai oleh PALANGKA RAYA METAL CORNER, yaitu DISTORSI MAXIMUM IV. Walaupun METAL VS ROCK #2 sempat didera hujan dan juga gerimis yang mengundang, tak menyurutkan semangat metalhead untuk tetap setia menunggu sampai kemunculan JASAD di atas panggung.
Begitu JASAD membuka penampilannya dengan sebuah alunan musik yang berat namun memiliki groove berjudul Pasukan Karuhun, metalhead pun menyambutnya dengan aksi headbang. Tak berselang lama, sebuah tembang andalan yang ada pada album Rebirth of Jatisunda (rilisan 2013), yakni Precious Moment to Die semakin membuat penonton panas. Maka tak elak lagi aksi moshing yang brutal pun tercipta. Sang vokalis, Man, sebelum menyanyikan lagu ini ia memberikan pesan agar anak metal bisa memberikan sumbangsih bagi peradaban dan kehidupan ini. Metal itu hanya selera mendengarkan musik, tidak merubah cara dan pola berpikir serta bersikap juga bertindak seperti orang Indonesia.
Lagu ketiga yang dibawakan oleh JASAD pada malam itu adalah Rebirth of Jatisunda. Lagu yang bercerita tentang kebangkitan anak muda. Anak muda yang jangan hanya bisa ribut, teler, dll. Tetapi anak muda harus bisa berkontribusi terhadap bangsa Indonesia. Selepas itu, Nagara Ragana Naraga menjadi lagu selanjutnya. Sebuah lagu yang cukup agresif dan intens. Dan sesekali diselingi dengan tempo yang pelan namun berat.
Lagu berikutnya yaitu Cengkram Garuda. Man berujar bahwa simbol Garuda Pancasila akhir-akhir ini hanya sekadar pajangan atau hiasan dinding belaka. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila di kehidupan sehari-hari sudah mulai terkikis bahkan hilang. Oleh karena itu Man mengimbau agar kita menerapkan kembali nilai-nilai luhur dari Pancasila. Lagu ini juga merupakan sebuah tembang yang agresif dan brutal. Mosh-pit pun kembali dipenuhi dengan aksi moshing metalhead berenergi yang seakan-akan tidak ada matinya itu.
Kata Man, si vokalis, berkeringat itu olah raga. Musik death metal itu termasuk olahraga. Karena yang di panggung maupun metalhead yang nonton sama-sama keringatan. Jadi death metal bukan hanya musik, tapi juga olahraga. Selepas menyampaikan hal tersebut, JASAD pun mengajak metalhead untuk ber-cooling down sejenak menurunkan tensi dengan membawakan sebuah tembang lawas miliknya Farid Hardja, yaitu Karmila. Di tangan JASAD lagu Karmila yang pop itu disulap menjadi sebuah lagu metal yang catchy dan asyik. Dan Siliwangi, menjadi tembang terakhir sekaligus penutup acara METAL VS ROCK #2. Ini merupakan sebuah lagu yang banyak digemari oleh metalhead, terutama penggemar sejati JASAD. Didominasi dengan permainan gitar yang meraung-raung dan cabikan bass milik Yuli yang lugas. Jadi wajar-wajar saja bila di mosh-pit tercipta circle-pit.
Walaupun minus Ferly, gitaris utama JASAD yang tak bisa hadir karena urusan keluarga, secara keseluruhan band yang sudah terbentuk sejak tahun 1990 lalu itu tetap menampilkan performa terbaiknya. Gitaris kedua bernama Reduan Purba mampu mengkover dan mengisi posisi Ferly yang kosong. Memang harus diakui bahwa pria berdarah Batak dan pemakai 7 senar gitar ini bukanlah gitaris yang bisa dipandang remeh sebelah mata. DEMIGOD, ASMODEUS dan GUTTURAL SUFFERING (Reduan juga aktif pada ketiga band ini) merupakan buktinya.
Hal yang juga menjadi kredit tersendiri adalah penampilan dari pengisi posisi drum JASAD, yakni Oki. Walaupun statusnya hanya sebagai pengisi sementara di kala JASAD tampil live, Oki sudah bisa dikatakan bagus dan matang. Oki sendiri memiliki sebuah band beraliran brutal death metal yang bernama STIGMATUARY, di mana tahun 2016 kemarin di bawah bendera Rottrevore Records band ini telah menelurkan full length album perdananya yang diberi tajuk Decimation Of Psyche. You should listen this one!
HAIL JASAD!
Note: Rekaman (audio only) saat JASAD perform di acara METAL VS ROCK #2 bisa didengarkan di SINI.
Begitu JASAD membuka penampilannya dengan sebuah alunan musik yang berat namun memiliki groove berjudul Pasukan Karuhun, metalhead pun menyambutnya dengan aksi headbang. Tak berselang lama, sebuah tembang andalan yang ada pada album Rebirth of Jatisunda (rilisan 2013), yakni Precious Moment to Die semakin membuat penonton panas. Maka tak elak lagi aksi moshing yang brutal pun tercipta. Sang vokalis, Man, sebelum menyanyikan lagu ini ia memberikan pesan agar anak metal bisa memberikan sumbangsih bagi peradaban dan kehidupan ini. Metal itu hanya selera mendengarkan musik, tidak merubah cara dan pola berpikir serta bersikap juga bertindak seperti orang Indonesia.
Lagu ketiga yang dibawakan oleh JASAD pada malam itu adalah Rebirth of Jatisunda. Lagu yang bercerita tentang kebangkitan anak muda. Anak muda yang jangan hanya bisa ribut, teler, dll. Tetapi anak muda harus bisa berkontribusi terhadap bangsa Indonesia. Selepas itu, Nagara Ragana Naraga menjadi lagu selanjutnya. Sebuah lagu yang cukup agresif dan intens. Dan sesekali diselingi dengan tempo yang pelan namun berat.
Lagu berikutnya yaitu Cengkram Garuda. Man berujar bahwa simbol Garuda Pancasila akhir-akhir ini hanya sekadar pajangan atau hiasan dinding belaka. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila di kehidupan sehari-hari sudah mulai terkikis bahkan hilang. Oleh karena itu Man mengimbau agar kita menerapkan kembali nilai-nilai luhur dari Pancasila. Lagu ini juga merupakan sebuah tembang yang agresif dan brutal. Mosh-pit pun kembali dipenuhi dengan aksi moshing metalhead berenergi yang seakan-akan tidak ada matinya itu.
Kata Man, si vokalis, berkeringat itu olah raga. Musik death metal itu termasuk olahraga. Karena yang di panggung maupun metalhead yang nonton sama-sama keringatan. Jadi death metal bukan hanya musik, tapi juga olahraga. Selepas menyampaikan hal tersebut, JASAD pun mengajak metalhead untuk ber-cooling down sejenak menurunkan tensi dengan membawakan sebuah tembang lawas miliknya Farid Hardja, yaitu Karmila. Di tangan JASAD lagu Karmila yang pop itu disulap menjadi sebuah lagu metal yang catchy dan asyik. Dan Siliwangi, menjadi tembang terakhir sekaligus penutup acara METAL VS ROCK #2. Ini merupakan sebuah lagu yang banyak digemari oleh metalhead, terutama penggemar sejati JASAD. Didominasi dengan permainan gitar yang meraung-raung dan cabikan bass milik Yuli yang lugas. Jadi wajar-wajar saja bila di mosh-pit tercipta circle-pit.
Walaupun minus Ferly, gitaris utama JASAD yang tak bisa hadir karena urusan keluarga, secara keseluruhan band yang sudah terbentuk sejak tahun 1990 lalu itu tetap menampilkan performa terbaiknya. Gitaris kedua bernama Reduan Purba mampu mengkover dan mengisi posisi Ferly yang kosong. Memang harus diakui bahwa pria berdarah Batak dan pemakai 7 senar gitar ini bukanlah gitaris yang bisa dipandang remeh sebelah mata. DEMIGOD, ASMODEUS dan GUTTURAL SUFFERING (Reduan juga aktif pada ketiga band ini) merupakan buktinya.
Hal yang juga menjadi kredit tersendiri adalah penampilan dari pengisi posisi drum JASAD, yakni Oki. Walaupun statusnya hanya sebagai pengisi sementara di kala JASAD tampil live, Oki sudah bisa dikatakan bagus dan matang. Oki sendiri memiliki sebuah band beraliran brutal death metal yang bernama STIGMATUARY, di mana tahun 2016 kemarin di bawah bendera Rottrevore Records band ini telah menelurkan full length album perdananya yang diberi tajuk Decimation Of Psyche. You should listen this one!
HAIL JASAD!
Note: Rekaman (audio only) saat JASAD perform di acara METAL VS ROCK #2 bisa didengarkan di SINI.
Subscribe to:
Posts (Atom)