Oke, kembali ke topik. Aksi upacara bendera di lokasi kebakaran lahan ini dilaksanakan sebagai bentuk kegelisahan atas kondisi Kota Palangka Raya yang semakin hari semakin disesaki asap kebakaran lahan gambut. Kegiatan yang diinisiasi oleh kawan-kawan dari Institut Tingang Borneo Teater berjalan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Mungkin sekitar 20-30 menit. Upacara langsung diawali dengan pengibaran bendera merah putih, dimana yang bertugas membawakan, menggerek, danmengibarkan bendera adalah siswa dari SMA 5 Palangka Raya. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan naskah Teks Proklamasi. Disusul kemudian dengan menyanyikan lagu "Hari Merdeka" oleh seluruh peserta upacara, termasuk saya sendiri. Sebuah lagu yang sudah lama tidak saya dendangkan namun untungnya saya masih tetap hafal dengan liriknya. Dan akhirnya upacara bendera ini ditutup dengan pembacaan puisi oleh Abdul Hafidz berjudul "Bhinneka Tunggal ISPA". Sebuah puisi yang diciptakan oleh teman saya juga, yakni Arif Rosidin. Isinya begitu luar biasa. Siapapun yang membacanya saya yakin akan merasa tertampar.
Di sela-sela upacara bendera tersebut, helikopter water bombing kerap melintas di atas kepala kami. Maklum, karena lahan di sebelah tempat kami mengadakan upacara mengalami kebakaran. Bahkan beberapa orang polisi dari satuan Brimob juga tampak membantu memadamkan api dengan modal mobil water canon. Dari sini saya berkaca, bahwa upaya memadamkan kebakaran lahan itu tidak semudah dan seenak yang kita bayangkan. Berjibaku menghadapi api serta terpapar asap itu sungguh
menguras tenaga. Bahkan secara keras dapat saya katakan bahwa itu juga mempertaruhkan nyawa. Jadi ini mungkin menjadi pembelajaran bagi kita agar kita setidaknya sedikit memberikan apresiasi dan pengertian kepada seluruh petugas pemadam kebakaran hutan dan lahan. Tidak ada salahnya juga bila kita mengiringi tugas mereka dengan doa-doa memohon keselamatan dan permohonan kesehatan yang prima.
Kebakaran hutan dan lahan yang melanda Kalimantan Tengah tahun 2019 ini bila tidak serius ditangani dan dibenahi maka jangan heran bila tragedi tahun 2015 akan terulang kembali. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan koordinasi yang apik antara pemerintah, masyarakat, dll agar jangan membakar hutan dan lahan secara sembarangan. Edukasi, usaha pencegahan, dan pengawasan jauh lebih baik ketimbang penanganan atau memadamkan kebakaran.
Semoga Kalimantan Tengah di masa-masa mendatang baik-baik saja. Jangan lengah dan terlena. Itu saja kuncinya.
Foto: Denar/Kalteng Pos
No comments:
Post a Comment